Jual Ginjal buat Makan Nasi

Sabtu 24-06-2023,20:09 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Rumah heboh itu dua lantai. Di Perumahan Vila Mutiara Gading, Jalan Piano IX, Bekasi. Diduga menampung orang jual ginjal ke Kamboja. Digerebek polisi, tak ada tanda pembunuhan-penyimpanan ginjal di sana. Tapi, enam orang ditahan.

AWALNYA, polisi memantau dari Facebook: Donor Ginjal Indonesia. Di sana tertera, orang menawarkan ginjal, harga Rp 135 juta per ginjal. Dari orang yang masih hidup. Seperti diketahui, manusia punya dua ginjal. Diambil satu, masih hidup.

Maka, polisi menyelidiki. Melalui divisi siber. Ditemukan titiknya di rumah tersebut. Senin, 19 Juni 2023, pukul 01.00 WIB rumah itu digerebek. Enam orang di rumah tersebut diamankan ke kantor polisi. Rumah diperiksa teliti. 

Kapolres Metro Bekasi Kombes Twedi Aditya Bennyahdi kepada wartawan, Selasa, 20 Juni 2023, mengatakan, ”Memang benar. Penanganannya dipimpin Polda Metro Jaya. Kami dari Polres Bekasi backup dan masih dilakukan pendalaman sampai saat ini.”

Enam orang yang ditangkap polisi dimintai keterangan. Mereka tidak mengaku akan menjual ginjal. Polisi terus melakukan penyelidikan.

Rumah itu milik Sudirman, 47. Dikontrakkan. Semula diberi tulisan dikontrakkan, lengkap dengan nomor HP Sudirman. Ia bersama keluarga tinggal tidak jauh dari sana, di dalam kompleks perumahan itu juga. 

Awal November 2022 Sudirman di-WA Septian Taher, 30. Ia menyatakan mau mengontrak rumah tersebut. Lalu, mereka bertemu. 

Sudirman kepada wartawan mengatakan, ”Septian semula mengontrak di seberang rumah kontrakan saya. Katanya, di rumah kontrakan yang lama ia tidak kerasan karena gerah.” Akhirnya, Septian mengontrak rumah milik Sudirman.

Septian ternyata menempati rumah itu bersama lima teman. Seluruhnya pria muda, tinggal di sana.

Sudirman: ”Saya sempat tanya, kalian bekerja apa? Dijawab, kami bekerja sebagai proyek. Saya tanya, proyek apa? Proyek bangunan. Itu aja yang kami komunikasikan. Tidak ada hal aneh.”

Urusan berikutnya, pembayaran uang kontrak ditangani istri Sudirman, Murniati, yang menganjurkan enam penghuni melapor ke ketua RT setempat. Septian hanya mengangguk.

Semula, Septian memang melapor ke ketua RT. Namun, Sudirman memantau, penghuni rumah itu terus berganti. Datang dan pergi. Sudirman menganjurkan, KTP semua penghuni harus dikopi dan diserahkan kepada RT. Itu tidak dilakukan.

Sebulan kemudian, Septian menemui Sudirman. Ia mengatakan akan bekerja di Bali. Untuk selanjutnya, rumah dipasrahkan Septian kepada temannya, Akmal, yang juga tinggal di sana. 

Buat Sudirman, itu tak ada masalah. Toh, uang kontrakan sudah dibayar. Ternyata, kemudian jadi masalah setelah pipa air bocor. Tagihan air sampai Rp 4 juta. Murniati mendesak Akmal agar membayar tagihan air. Namun, janji Akmal terus meleset.

Sudirman: ”Dijanjikan akan dibayar, tapi gak dibayar juga. Setelah didesak istri saya, akhirnya dijawab Akmal, bahwa ada bos kami yang bertanggung jawab menyelesaikan. Ternyata bos mereka, ya Septian.”

Kategori :