Gosip atau Fakta: Benarkah Fast Food Merusak Fungsi Ginjal?
Fast food praktis, tapi konsumsi berlebihan dapat berdampak pada kesehatan ginjal jika tidak diimbangi pola makan dan gaya hidup sehat.-freepik-
HARIAN DISWAY - Makanan cepat saji alias fast food telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern karena praktis dan mudah ditemukan.
Namun, di balik kepraktisannya, muncul banyak kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap kesehatan. Salah satunya, ginjal.
Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam metabolisme. Gangguan pada ginjal dapat berdampak serius terhadap kesehatan secara keseluruhan.
Mengapa Fast Food Dikaitkan dengan Masalah Ginjal?
Ginjal berperan penting dalam menyaring limbah, mengatur cairan tubuh, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Organ ini bekerja keras setiap hari untuk memastikan tubuh tetap sehat.
BACA JUGA:Ciri-Ciri Penyakit Ginjal yang Sering Diabaikan, Waspada Sejak Dini!
BACA JUGA:Jangan Panik! Yuk Pahami Penyebab Sakit Ginjal pada Usia Muda
Masalah muncul ketika ginjal harus memproses zat tertentu dalam jumlah berlebihan. Fast food diketahui mengandung kadar garam, lemak jenuh, dan bahan tambahan yang cukup tinggi.
Asupan zat tersebut secara berulang dapat meningkatkan beban kerja ginjal. Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi mengganggu kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya secara optimal.
Selain itu, fast food termasuk makanan olahan yang rendah serat dan nutrisi alami. Ketidakseimbangan asupan ini dapat memicu gangguan metabolisme yang turut berdampak pada kesehatan ginjal.
Jika dikonsumsi tanpa pengaturan yang baik, fast food dapat berkontribusi pada tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar gula darah. Kedua kondisi tersebut dikenal sebagai faktor risiko utama kerusakan fungsi ginjal.
BACA JUGA:3 Jenis Makanan yang Dapat Meningkatkan Fungsi Ginjal
BACA JUGA:Makan Ikan Baik untuk Kesehatan Ginjal? Ini Faktanya!
Kandungan Garam Tinggi jadi Sorotan
Sebagian besar menu fast food mengandung natrium atau garam dalam jumlah besar. Natrium berlebih dapat meningkatkan tekanan darah, yang merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit ginjal.
Laman Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa konsumsi garam berlebih dapat memperberat kerja ginjal. Jika terjadi terus-menerus, kondisi ini berpotensi menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap.
Fast food juga kaya akan lemak jenuh dan lemak trans. Lemak jenis ini dapat memicu obesitas dan gangguan metabolik.
Obesitas sendiri merupakan faktor risiko penyakit ginjal kronis. Berat badan berlebih membuat ginjal harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
BACA JUGA:Paus Fransiskus Masih Dalam Kondisi Kritis, Hasil Tes Tunjukkan Tanda Awal Gagal Ginjal
BACA JUGA:Efisiensi dan Kualitas Urinalisis untuk Deteksi Ginjal Kronis Kini Bisa Ditingkatkan dengan Alat Ini
Gula dan Kalori Tinggi Tak Bisa Diabaikan

KANDUNGAN gula dan kalori tinggi dalam fast food dapat meningkatkan risiko diabetes, yang berperan besar terhadap gangguan fungsi ginjal.-freepik-
Selain garam dan lemak, fast food sering mengandung kalori dan gula tersembunyi. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Diabetes merupakan penyebab utama kerusakan ginjal di banyak negara. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal.
Fast Food Tidak Langsung Merusak Ginjal
Penting untuk dipahami bahwa fast food tidak merusak ginjal secara langsung. Kerusakan biasanya terjadi akibat pola konsumsi jangka panjang dan berlebihan.
BACA JUGA:Alvin Lim Meninggal karena Gagal Ginjal Stadium 5, Bagaimana Cara Mencegahnya? (2)
BACA JUGA:Alvin Lim Meninggal karena Gagal Ginjal Stadium 5 Bagaimana Cara Mencegahnya? (1)
Seseorang yang sesekali mengonsumsi fast food, tapi tetap menjaga pola makan seimbang, umumnya tidak langsung mengalami gangguan ginjal. Risiko meningkat jika fast food menjadi menu harian tanpa diimbangi gaya hidup sehat.
Ahli gizi menekankan bahwa kesehatan ginjal dipengaruhi oleh pola makan secara menyeluruh. Asupan sayur, buah, air putih, dan protein sehat sangat berperan dalam menjaga fungsi ginjal.
Fast food yang dikonsumsi tanpa kontrol sering menggantikan makanan bergizi. Inilah yang kemudian memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan ginjal.
Kelompok yang Perlu Lebih Waspada

PENDERITA hipertensi, diabetes, dan gangguan ginjal disarankan lebih berhati-hati dalam mengonsumsi fast food karena dapat memperberat kondisi kesehatan.-freepik-
Orang dengan riwayat hipertensi, diabetes, atau penyakit ginjal perlu lebih berhati-hati. Konsumsi fast food pada kelompok ini dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal.
BACA JUGA:Gagal Ginjal yang Merenggut Kesehatan Alvin Lim hingga Meninggal, Kenali Dua Penyebab Paling Umum!
BACA JUGA:Belajar dari Alvin Lim yang Meninggal Akibat Gagal Ginjal, Ini 5 Penanganannya!
Begitu pula anak-anak dan remaja yang terbiasa mengonsumsi fast food sejak dini. Kebiasaan ini dapat berdampak jangka panjang jika tidak diimbangi edukasi gizi yang baik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan pembatasan konsumsi garam, gula, dan lemak jenuh. Rekomendasi ini bertujuan menekan risiko penyakit tidak menular, termasuk penyakit ginjal.
Berbagai jurnal kesehatan juga menyebutkan bahwa pola makan tinggi makanan olahan berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan ginjal. Fast food termasuk dalam kategori makanan ultraproses.
Cara Aman Mengonsumsi Fast Food
Fast food tidak harus dihindari sepenuhnya. Kunci utamanya adalah frekuensi dan porsi yang terkendali.
BACA JUGA:Ada 308 Kasus Gagal Ginjal Kronis di Surabaya
BACA JUGA:Dinkes Pasuruan Waspadai Kasus Gagal Ginjal Anak, Pengawasan Mamin Diperketat
Memilih menu dengan sayuran, mengurangi saus, serta membatasi minuman manis dapat membantu menekan risiko. Minum air putih yang cukup juga penting untuk membantu kerja ginjal.
Pernyataan bahwa fast food dapat memicu kerusakan fungsi ginjal bukan sekadar gosip. Namun, dampaknya sangat bergantung pada pola konsumsi dan gaya hidup secara keseluruhan.
Fast food yang dikonsumsi berlebihan dan jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal. Sebaliknya, konsumsi sesekali dengan pola makan seimbang masih dapat ditoleransi oleh tubuh sehat. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber