”Ya, itu tadi. Digebuki. Terus dijadikan babu membersihkan WC dan lantai setiap hari. Biasanya ada yang melawan sampai mati kalau gak tahan disuruh-suruh.”
Dari gambaran itu, pemerkosa adalah penjahat kasta paling bawah di antara penghuni sel tahanan atau penjara.
Di Amerika Serikat (AS) ada penjahat sangat terkenal, Thomas Edward Silverstein (1952–2019). Ia perampok bersenjata. Kebanyakan korban dibunuh. Berkali-kali keluar masuk penjara di sana.
Uniknya, wajah dan penampilan Silverstein tidak sangar. Tidak seperti penjahat. Wajahnya terkesan memelas. Tapi, sangat sadis. Banyak warga sana yang ketipu oleh penampilan.
Dikutip dari BBC News, Agustus 2001, berjudul America’s Most Dangerous Prisoner, Silverstein dihukum 42 tahun di Penjara Merle Clutts, Marion, Negara Bagian Illinois. Ia divonis hukuman 42 tahun. Namun, ia mati di penjara, 11 Mei 2019, setelah menjalani 36 tahun hukuman.
Dikisahkan, Silverstein anak orang kelas menengah di AS. Kelahiran Long Beach, California, 4 Februari 1952.
Saat Silverstein masih di kandungan ibunya, Virginia Conway, ortunya bercerai. Silverstein lahir sudah tak punya ayah. Lalu, ibunya menikah lagi, bercerai lagi, dan menikah lagi, bercerai lagi. Silverstein punya banyak bapak tiri.
Meski anak orang berada, hidup Silverstein di masa kecil mengenaskan. Ia diasuh secara sembarangan oleh para ayah tirinya. Terlebih, ibunya sangat galak.
Suatu hari, saat Silverstein baru saja lewat usia balita, ia pulang menangis karena dipukul teman main. Sang ibu, Conway, langsung memerintahkan: ”Balik lagi ke temanmu yang mukul kamu. Hantam ia dengan batu.”
Silverstein tidak berani. Tidak beranjak. Lalu, diseret ibunya, disuruh menunjukkan teman yang memukulnya tadi. Dicari, si teman tidak ketemu. Lantas, mereka pulang.
Virginia Conway ke Silverstein: ”Besok kamu jangan pernah pulang kalau belum memukul temanmu dengan batu.”
Esoknya memang dilakukan Silverstein sesuai perintah ibunda. Si teman bonyok sampai masuk rumah sakit. Dihajar batu.
Virginia Conway tahu kabar musuh (teman) Silverstein masuk rumah sakit. Silverstein pulang, dipuji: ”Itu baru namanya lelaki.”
Sejak itu Silverstein tidak pernah menangis. Menghadapi apa pun. Sejak itu pula ia suka bertindak brutal. Di usia 16 tahun ia sudah merampok bersenjata tajam. Ditangkap polisi, dihukum di penampungan anak nakal.
Keluar dari sana, ia merampok lagi. Kali ini bersenjata api. Korban dibunuh karena melawan.
Pada 1971, saat berusia 19 tahun, ia dikirim ke Penjara San Quentin di California karena perampokan bersenjata. Dihukum empat tahun. Setelah bebas, ia merampok lagi, bahkan membunuh korban.