Kabel di Jakarta Makan Leher Lagi

Jumat 11-08-2023,04:33 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Setelah Akbar terlepas dari jerat kabel, warga menggeser kabel dengan batang kayu ke pinggir jalan. Lalu, di dekat kabel putus dipasang kursi plastik sebagai penanda agar pengguna jalan hati-hati.

Kasus Akbar sangat mirip kasus Sultan. Bedanya, di kasus Sultan, kabel tertarik mobil di depannya, lalu terpelanting sangat cepat ke belakang. Menyambit leher Sultan.

Rabu malam Akbar terjerat kabel, Kamis siang kabel di lokasi itu diperbaiki. Empat petugas Suku Dinas Bina Marga Jakarta Pusat membenahi rangkaian kabel putus itu. Tim dipimpin Andri, pelaksana tugas Sudin Binamarga Jakarta Pusat. 

”Ada permintaan melalui aplikasi CRM (Customer Relationship Management) sehingga kami cek. Ternyata memang ada kabel kendor. Jadi kami ikat,” kata Andri.

Rangkaian kabel putus berantakan itu diikat, seperti mengikat rambut. Cuma itu perbaikannya. Selesai. 

Tukang parkir di dekat lokasi kabel putus itu bernama Richard, 41, kepada wartawan mengatakan, dirinya sudah jadi tukang parkir di sana selama 20 tahun. Dan, baru kali ini melihat ada perbaikan kabel. 

Richard: ”Padahal, di tahun ini ada kira-kira sepuluh orang terjerat kabel. Cuma orangnya tidak lapor polisi dan wartawan tidak tahu. Sebagian dari banyak kabel yang putus itu sudah lama putus. Oleh warga dipinggirin aja. Pakai kayu, takut kesetrum.”

Untaian kabel udara di seantero Jakarta sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu hanya kabel PLN, kini ditambah Telkom dan kabel optik jaringan internet. Sebagian di wilayah Jalan Warung Buncit–Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, sudah ditanam di bawah tanah. Juga, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Di Jakarta Pusat, kabel bawah tanah di Jalan Sudirman–Thamrin. Juga, kawasan Cikini dan Salemba.

Biaya kabel bawah tanah mahal. Bentuk kabel udara dengan kabel bawah tanah beda. Harga kabel bawah tanah sekitar sepuluh kali lipat harga kabel udara.

General Manager PLN Disjaya Ikhsan Asaad kepada wartawan, Kamis, 7 November 2019, mengatakan bahwa harga kabel udara Rp 40.000 per meter, sedangkan harga kabel bawah tanah Rp 400.000 per meter. 

Itu belum termasuk pemasangan, berupa penggalian dan membuat terowongan beton, yang bikin tambah macet lalu lintas.

Ikhsan: ”Enggak mungkin kami bisa mentanahkan semua kabel di Jakarta. Dana tidak cukup. Ini saja saya mentanahkan sebagian wilayah, lebih kurang butuh Rp 200 miliar.”

Sementara itu, di Ibu Kota Nusantara (IKN) Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur, seluruhnya menggunakan kabel bawah tanah.

Dikutip dari data IKN, sistem listrik (dan kabel-kabel lain) bawah tanah telah diterapkan di Istana Kepresidenan Jakarta di IKN sejak 1 Agustus 2023. Juga, sistem kelistrikan tercanggih se-Asia Tenggara.

Disebutkan, kelistrikan berkonsep state of the art of technology dengan berbasis pasokan listrik ramah lingkungan, indah, dan didukung teknologi pintar.

Kategori :