SURABAYA, HARIAN DISWAY – Presenter kondang Najwa Sihab berpesan pada para jurnalis perempuan untuk mengambil pos liputan yang lebih berani. Meskipun dengan berbagai resikonya.
Hal tersebut ia lontarkan dalam acara Narasi Academy di Hotel Satria Tower Surabaya pada 11 Agustus 2023.
Berdasarkan data yang diperoleh dari UNESCO, Founder Narasi itu menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 73 persen wartawan perempuan pernah diintimidasi, diancam, dan dilecehkan secara online terkait pekerjaan yang mereka lakukan.
Menurutnya, hal ini menjadi tantangan utama bagi seorang jurnalis perempuan berada di negara yang sistem demokrasinya belum sebagus negeri-negeri demokrasi lain.
Jurnalis kondang itu juga ikut menyayangkan kinerja beberapa media yang jurnalis perempuannya masih dibebani liputan-liputan yang ringan seperti liputan kuliner, traveling. Padahal sudah seharusnya jurnalis perempuan itu setara dengan desk yang sesuai bidang mereka.
BACA JUGA: Pujian Jurnalis Korea buat The Childe, Film yang (Seolah) Dibuat Khusus untuk Kim Seon-ho
BACA JUGA: Kasus Pengeroyokan Polisi ke Jurnalis Tempo, Pelaku Tidak Dipenjara
Ia mencontohkan bagaimana di media tempatnya dulu bekerja yang tidak membanding-bandingkan atau membedakan penempatan jurnalis perempuan dengan yang laki-laki.
Bahkan ia waktu itu jadi satu-satunya jurnalis perempuan yang pertama kali ditempatkan pada desk politik dan hukum. Dan itu menunjukkan bagaimana sebuah media mampu mengerti dan mau memahami SDM jurnalis yang dimilikinya.
“Sudah waktunya jurnalis perempuan itu keluar dari zona liputan yang soft dan berani untuk mengambil level yang lebih hard,” ujarnya.
Akan tetapi pada tahap tertentu hal tersebut menjadi bumerang bagi jurnalis perempuan. Seberapa banyak liputan yang diotak-atik secara hati-hati, tetap saja akan ada orang yang tidak segan-segan menaruh hal itu ke dalam keranjang yang sama dengan campuran fitnah atau konspirasi liar.
Hal itu juga dapat terjadi karena polarisasi informasi yang dianggap oleh sebagian besar masyarakat memiliki hubungan elektoral.
BACA JUGA: Pujian Jurnalis Korea buat The Childe, Film yang (Seolah) Dibuat Khusus untuk Kim Seon-ho
Hal itu bahkan menurutnya diperparah dengan banyaknya media dan wartawan bodong yang muncul sehingga profesi ini menjadi tercemar.
Di satu sisi, orang-orang dapat membuat medianya sendiri, namun di sisi yang lain orang sudah tidak percaya pada media karena ulah satu wartawan atau institusi yang kemudian mencoreng nama baik seluruh media profesional.
Dengan demikian, seorang jurnalis dituntut agar mampu mengupgrade diri menjadi lebih berkualitas, baik laki-laki maupun perempuan.
BACA JUGA: Masker Saja Tidak Cukup! Ini Tips Sehat Beraktivitas di Udara yang Tercemar
Selain itu, media juga harus memiliki cara baru untuk menyiarkan informasi sebab kebutuhan masyarakat di setiap waktu semakin naik dan formasi 5W1H dalam berita itu sudah ketinggalan zaman.
Tak lupa Host acara Mata Najwa itu memberi semangat dan motivasi pada setiap jurnalis pemula maupun profesional untuk selalu memiliki impian yang tinggi dengan target yang jelas.
“Semangatlah jadi seorang wartawan. Push mimpi kalian, sebab jika mimpimu tak membuatmu takut, berarti mimpi itu kurang tinggi” tukasnya.(*)