Namun, tak bisa dimungkiri, digitalisasi memang belum merata di semua kegiatan gugus depan di Jawa Timur. Fasilitas kurang memadai. Banyak pembina yang juga belum akrab dengan penggunaan teknologi digital.
“Dari kwarnas dan kwarda sudah berupaya maksimal untuk mengakomodasi digitalisasi kegiatan,” jelas Ketua Dewan Kerja Daerah (DKD) Jatim Al Khas, kemarin. Misalnya, dalam Lomba Tingkat 4 yang digelar setiap tahun. Selalu ada sub kompetisi bikin poster, videografi, robotika, hingga coding.
Sayang, tak semua kwarcab bisa ikut. Tentu karena tak semua anggota di gugus depan mendapat fasilitas teknologi. Selain itu, para pembina mereka juga tak punya kompetensi.
Inilah yang masih menjadi PR bersama. Rencananya, DKD Jatim menggelar boot camp skill pada September atau Oktober nanti. Mengusung tema: Wirausaha di Era Digital.
“Peserta akan diberi pelatihan khusus tentang pemanfaatan teknologi digital,” ujar Al Khas. Terutama yang ada kaitannya langsung dengan bisnis. Seperti digital marketing, optimasi SEO, hingga desain poster.
Menurutnya, digitalisasi yang lebih merata untuk Pramuka harus segera diupayakan. Khususnya lewat para pembina dan pelatih. ”Karena Pramuka ini organisasi pendidikan. Yang diberi pelatihan khusus seharusnya pembina dan pelatih dulu baru kemudian dilatihkan ke anggota,” tandas mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Universitas Brawijaya itu. (Mohamad Nur Khotib/Pace Morris)