Bayi Tertukar, Ingat Dewi dan Cipluk

Senin 14-08-2023,21:59 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Kronologi versi Kartini:

Sabtu, 28 Maret 1987, sekitar pukul 12.00 WIB. Kartini melahirkan bayi perempuan di Puskesmas Cilandak. Setelah lahir, bayi itu dibersihkan perawat. Beberapa waktu kemudian, diserahkan kepada Kartini untuk disusui.

Kemudian, datanglah Nuraini masuk dan mendekati Kartini yang tiduran bersama bayi. Nuraini juga baru saja melahirkan bayi perempuan di puskesmas itu.

Kartini kepada wartawan: ”Nuraini mendatangi saya, lalu ngobrol soal bayi yang baru lahir. Dia seperti memberi perhatian berlebih kepada bayi saya.”

Firasat Kartini itu terbukti. Nuraini, menjelang meninggalkan Kartini, bilang begini: ”Itu bayi saya loh, Bu...”

Kartini kaget. Spontan dia membantah dengan keras. Terjadi keributan. Dilerai perawat. Akhirnya didamaikan.

Ruang ibu dan ruang bayi berbeda. Maka, setelah bayi selesai disusui Kartini, bayi dikembalikan lagi ke ruang bayi. 

Senin, 30 Maret 1987, Kartini boleh pulang. Saat itulah ia merasa bayi yang diberikan perawat itu bukan bayi yang dia susui kemarin. 

Kartini: ”Anak yang saya lahirkan, kupingnya lebar, berambut tebal. Waktu saya akan pulang, diberi perawat bayi berkuping kecil, berambut tipis.”

Seketika itu Kartini protes. Pengelola puskesmas mengumpulkan para perawat untuk klarifikasi. Hasilnya, para perawat meyakinkan bahwa tidak terjadi bayi tertukar. Yang dibawa Kartini adalah bayi yang dilahirkan Kartini.

Kartini, dengn didampingi suami, pulang. Membawa bayi tersebut. Walaupun, Kartini merasa yakin, itu bukan bayinyi.

Rabu, 1 April 1997, Kartini kembali ke puskesmas dengan membawa bayi. Waktu itu Nuraini dan bayinyi sudah pulang dari puskesmas. Kartini komplain keras, itu bukan anaknyi. Lalu, ia menyerahkan saja bayi tersebut ke puskesmas.

Kartini: ”Dua hari saya bersama bayi itu. Hati saya tidak bisa menerima. Akhirnya, saya kembalikan saja bayi itu ke puskesmas.”

Hari demi hari berlalu. Bayi itu dirawat pihak puskesmas. Sehat. Cantik. Lucu. Pipinya gempil. Diberi nama oleh perawat di sana: Cipluk. 

Pemberian nama itu terasa agak sembarangan. Orang Jawa suka bercanda soal buah ciplukan (Physalis angulata). Itu tanaman liar yang biasa tumbuh di tegalan, sawah kering, dan sekitar hutan. Candaannya: ”Kutunggu di bawah pohon ciplukan.” Padahal, ciplukan tanaman perdu.

Beberapa waktu kemudian, nama Cipluk diganti Noni.

Kategori :

Terkait

Selasa 17-12-2024,10:03 WIB

Tertukar Bayi Mati?

Senin 25-09-2023,13:02 WIB

Bayi Tertukar di Bogor Sudah Pulang

Sabtu 02-09-2023,05:00 WIB

Akhir Drama Bayi Tertukar

Senin 28-08-2023,20:36 WIB

Tukar Bayi, Enam Bulan Jadi Sebulan