JAKARTA, HARIAN DISWAY – Di tiap rumah sakit (RS), selalu ada dokter-dokter muda yang praktik. Tapi, siapa yang tahu bila di antara mereka sedang depresi. Bukan karena tekanan pekerjaan, tetapi menjadi korban perundungan ( bullying ).
"Sampai dibawa ke rumah sakit jiwa. Dirawat psikiater beberapa lama," ujar mantan manajer data dan juru bicara Satgas Covid Jawa Timur Makhyan Jibril Al-Farabi kepada Harian Disway, Kamis, 17 Agustus 2023. Perundungan itu dialami seorang kawannya yang tengah praktik di salah satu RS di Kalimantan. Persisnya dua tahun silam. Kala pandemi Covid-19. Jibril pun menjadi kawan curhat sehari-hari via telepon. Ceritanya, kawan perempuannya itu izin tidak bisa masuk berhari-hari sebab terpapar Covid-19. Dia lantas diwajibkan mengirim laporan. Bahkan dalam bentuk video. "Orang kena Covid, lemes-lemesnya, demam tinggi masih dituntut seperti itu," kenang dokter muda yang baru dilantik spesialis jantung lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu. BACA JUGA : Sanksi Yang Menanti Bagi Dokter, Karyawan, Dosen, maupun Instansi Yang Terbukti Terlibat Perundungan Bahkan masih saja mendapat perlakuan kasar secara verbal. Yang bersangkutan kerap dimaki-maki oleh para seniornya. Perlakuan serupa sering didapatkan saat masuk kerja.Data-data perundungan dokter muda.-Grafis: Annisa Salsabila-Harian Disway- Jibril pun menyarankan untuk istirahat total. Cuti. Lalu minta perawatan ke RSJ. Supaya segera mendapat bantuan kesehatan mental. Selain itu, Jibril membantu menyelesaikan masalahnya dengan senior. Yakni dengan melaporkan perundungan tersebut ke kepala prodi spesialis kampus korban. "Aku cari akses langsung ke kampusnya. Baru bisa diatasi," jelasnya. Kasus-kasus perundungan di dunia kedokteran itu rupanya sangat sering terjadi. Bahkan sejak puluhan tahun lalu. Para korban pun tak berani melapor. Tentu karena ancaman-ancaman. Terutama menyangkut masa depan karir mereka. Sementara para pelaku makin merajalela. Mereka seolah berhak menentukan masa depan korban. Kejahatan itu pun makin sistematis. Tetapi, kini para korban perundungan di dunia kedokteran sudah berani angkat bicara. Karena Kementerian Kesehatan membuka posko pengaduan. Siapa saja yang dirundung, baik di kampus maupun di rumah sakit, bisa melapor ke laman: https://perundungan.kemkes.go.id Identitas pelapor terjamin dirahasiakan. Para korban juga merasa aman. Ini terbukti dari banyaknya kasus yang terlaporkan.
Workshop kesehatan mental oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Lokakarya itu penting untuk menyiapkan mental dokter menghadapi lingkungan kerja yang dinamis.-Humas Unair untuk Harian Disway- Sejak posko pengaduan dibuka Juli lalu, sudah terdapat 91 kasus yang dilaporkan. Bahkan 44 kasus di antaranya terjadi di lima RS milik Kemenkes. Yakni RS Hasan Sadikin Bandung, RSUP Moh. Hoesin Palembang, RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Adam Malik Medan, dan RSUP Kandou Manado. Dari jumlah itu, 12 laporan sudah selesai diinvestigasi dan dikeluarkan sanksi. Sisanya, 32 laporan sedang proses investigasi. Bentuk perundungannya sangat beragam. "Begitu kita buka pengaduannya, masuk, kemudian kita cari buktinya, saya terkejut melihat ternyata yang disampaikan oleh Presiden terjadi dan kita lihat kasat mata," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers, Kamis, 17 Agustus 2023. Para dokter junior mendapat kata-kata kasar dari senior. Hingga diminta mengeluarkan uang untuk pembelian dan penyewaan yang tak ada kaitannya dengan pendidikan. Bahkan, ditemukan semacam buku panduan untuk membeli barang-barang lain. Nilainya tak main-main. Bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta per bulan. Praktik-praktik seperti ini jelas menodai dunia pendidikan kedokteran. Sehingga sebulan yang lalu, Budi pun menerbitkan Instruksi Menteri tentang Pencegahan Perundungan. Tentu untuk menghentikan budaya bullying dan membuat pendidikan dokter lebih berbudi pekerti. Ia amat prihatin sekaligus kecewa atas kasus perundungan tersebut. Kemenkes pun telah menegur tiga rumah sakit yang menjadi lokasi praktik bullying. Yakni RSCM, RS Hasan Sadikin dan RS Adam Malik. Tidak ingin tempat yang seharusnya membutuhkan keberadaban malah menjadi tidak berbudaya. Di sisi lain, Budi pun meyakini masih banyak peserta didik, senior, dan guru yang baik. Yang melakukan perundungan hanya segelintir oknum. "Cuma karena selalu dibiarkan makanya berjalan terus. Makanya kita sekarang tindak tegas," tandasnya. (Mohamad Nur Khotib)