Make a Wish via Boneka Takasaki Daruma Khas Jepang

Kamis 24-08-2023,22:30 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Dalam pameran bertajuk Ningyo yang digelar di ruang 109, prodi Desain Produk ITS, pada 23 Agustus hingga 12 September 2023, satu boneka menarik perhatian.

Bentuknya bulat, cekung ke bawah dan di bagian paling dasar berbentuk datar. Sehingga boneka itu dapat diberdirikan. Warnanya dominan merah, dengan aksen aksara kanji warna emas.

Alisnya cekung dan sisi ujungnya menekuk ke atas. Jika dilihat dengan seksama, mirip burung bangau. Itulah boneka Takasaki Daruma. Boneka yang sering muncul di film-film Jepang.

Ningyo atau boneka Takasaki Daruma, adalah representasi dari figur pendiri Zen Buddhism. Salah satu cabang dari agama Buddha yang berkembang di Jepang. Dalam tradisi masyarakat setempat, boneka itu dipercaya sebagai pembawa keberuntungan dan pengabul keinginan.

Tak seperti boneka lain yang digambarkan secara realis. Seniman Jepang menggunakan teknik stilisasi atau penyederhanaan anatomi pada Takasaki Daruma. Namun, kedua matanya hanya terlihat putih saja. Tanpa pupil hitam.

BACA JUGA:Cantiknya Ningyo, Boneka-Boneka Tradisional Jepang yang Dipamerkan di Despro ITS

BACA JUGA:Pameran Seni Rupa Masjid: Gerakan Membeli Lukisan untuk Disumbangkan ke Masjid

"Dalam tradisi Jepang, jika seseorang mempunyai satu keinginan, maka ia dapat melukis pupil pada satu sisi mata ningyo ini," ujar Awwaludin Ikhsan Nurdiansyah, mahasiswa Desain Produk ITS sekaligus salah satu panitia pameran.

"Jadi saat melukis, sambil mengucap doa atau make a wish. Supaya keinginannya terkabul," ujar pria yang akrab dipanggil Alung itu. Kelak, jika permohonannya benar-benar terwujud, sebagai ungkapan syukur, orang itu akan melukis pupil pada sisi mata satunya.

Boneka lain yang merepresentasikan harapan adalah boneka anak kecil gemuk. Di tangan kanannya terdapat kapal. Pakaiannya merah dengan motif sederhana. Begitu pula dengan penutup kepalanya.

BACA JUGA: Pameran Ilustrasi Obed Bima Wicandra Lawan Rasisme Lewat Sepak Bola

BACA JUGA: ’lmpor’ Sepatu Seniman Jepang

Nama boneka itu: Gosho Ningyo. Istilah Gosho mengacu pada istana kekaisaran Jepang. Boneka itu disukai oleh para bangsawan kekaisaran sejak zaman Edo (1603-1868), dan dipersembahkan sebagai hadiah untuk berbagai acara perayaan. Terutama untuk bayi dari kalangan bangsawan yang baru lahir.

Mereka menggambarkan bayi montok dan sehat dengan kulit putih mulus. Sebagai simbol keindahan, kemurnian jiwa dan kehormatan.

Kapal yang dipegang merupakan kapal harta karun yang membawa keberuntungan. Begitu pun dengan warna merah. "Dengan harapan, bayi itu kelak tumbuh dengan sehat, membawa kemakmuran bagi dirinya dan keluarga, serta bisa menjadi sosok yang bijaksana," ujar pria 20 tahun itu.

Boneka itu dibuat dari pahatan kayu. Namun ada pula yang membuatnya dari bahan serbuk gergaji. Kemudian disempurnakan dengan cat putih tebal. Dulu bahan cat itu didapat dari olahan cangkang kerang.

Rasa cinta terhadap boneka sudah lama menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Jepang, dari berbagai lapisan. Ningyo yang dihasilkan dari kelas mana pun, dibuat dari bahan sederhana yang tak mahal. Namun, memiliki cita rasa seni yang tinggi. (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :