Semua remaja pria secara instingtif butuh kepercayaan diri yang kuat. Kepercayaan itu muncul dari hasil citra diri yang dianggap baik oleh teman sebaya mereka. Itu adalah kebutuhan dasar psikologis semua manusia. Sama halnya dengan kebutuhan dasar fisik manusia, yaitu makan dan minum.
Remaja yang tidak mendapatkan kebutuhan dasar psikologis itu tidak selalu jadi pembunuh. Lebih banyak yang tidak membunuh daripada jadi pembunuh. Tapi, semua pembunuh yang diriset tidak punya kepercayaan diri yang kuat. Akibat citra diri yang buruk di mata teman sebaya.
Kemudian, Riethmayer membikin lima dasar sebagai akar kekerasan yang ada pada kondisi psikologis pembunuh, Yakni, pengabaian, rasa malu, kehilangan yang tidak disesali, depresi, dan kemarahan.
Ditarik garis mundur, semua bayi pria butuh enam kebutuhan dasar. Butuh penegasan atau validasi. Butuh sosok idola yang jadi panutan. Butuh punya kembaran atau sosok yang ia anggap setara dengan dirinya. Butuh pesaing dengan teman. Butuh perilaku yang berdampak. Butuh sahabat.
Kebutuhan psikologis itu melekat sejak bayi sampai akhir hayat. Enam kebutuhan dasar psikologis itulah yang membentuk lima kebutuhan dasar di saat pria tumbuh sebagai remaja.
Jika satu di antara kebutuhan dasar itu tak terpenuhi, terjadi kekurangan psikologis. Ada yang lowong. Ibarat sistem mesin, ada komponen yang tidak berfungsi. Orang Jawa menyebutnya: mesin jadi pincang atau dingklang (terseok-seok).
Tapi, lagi-lagi Riethmayer menyebutkan, tidak semua remaja pria yang kekurangan kebutuhan dasar psikologis itu otomatis jadi pembunuh. Sebaliknya, semua pembunuh yang diriset tidak punya kebutuhan dasar psikologis tersebut.
Semua kebutuhan dasar psikologis itu mengerucut pada satu yang paling utama: harga diri. Berarti, dari sudut pandang masyarakat atau teman sebaya. Yang dipersepsikan oleh individu bersangkutan.
Orang yang merasa dirinya dihargai orang lain, ia mendapatkan kebutuhan dasar psikologis. Walaupun, ada pula orang yang sudah dihargai masyarakat, tapi merasa tidak dihargai. Golongan terakhir itu termasuk mereka yang tidak punya kebutuhan dasar psikologis.
Dalam kehidupan manusia, harga diri awalnya didapat dari ortu. Ayah dan ibu. Jika sejak lelaki lahir tidak dihargai ortu, jelas ia sudah kehilangan harga diri sejak bayi.
Pada perjalanan usia selanjutnya, ia jadi merasa tidak percaya diri. Akibatnya, setelah remaja dan sudah dihormati orang lain, ia merasa tidak dihormati sebagai individu.
Pria golongan itulah yang jadi pembunuh pada semua pembunuh yang diriset Riethmayer.
Jadi, intinya karakter pembunuh sudah tercetak sejak bayi. Melalui pengasuhan keluarga atau wali. Cuma, ortu atau wali tidak menyadari, apalagi bagi individu yang bersangkutan. Tiba-tiba jadi pembunuh.
Repotnya, Riethmayer menyatakan, tidak ada tanda-tanda fisik khusus pada individu yang kekurangan kebutuhan dasar psikologis. Penampilan fisiknya sama saja dengan remaja normal. Gaya dan perilakunya juga sama. Namun, secara psikologis ia merana. Ada kekosongan kebutuhan dasar psikologis. Dan, ia orang berbahaya.
Pastinya, pada kasus pembunuhan di Bengkalis, penyidik tidak mengungkap faktor latar belakang psikologis pembunuhan. Sebab, itu memang bukan tugas penyidik.
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan suci dan pasti berperilaku baik di tahun-tahun awal kehidupan (bayi). Seiring berjalan waktu, kebaikan bisa berubah jadi kejahatan. Bergantung bagaimana ia diasuh di usia dini. (*)