HARIAN DISWAY - Ruang Claymore Connect di Orchad Road Singapore mendadak “pecah” saat teriakan melengking dari para siswa-siswi Sekolah Indonesia Singapura (SIS) yang memulai gerak rancak dalam tari saman, pada 14 September 2023.
Aksi mereka itu dipersembahkan dalam Ignite, Integrate, Shape (IIS) yang didukung oleh Ministry of Culture, Community and Youth Singapura serta National Integration Council. Dilaksanakan oleh Asosiasi Bisnis Indonesia–Singapura dan the Young SEAkers Singapura.
BACA JUGA: Sekolah Indonesia Singapura Buka Peluang Anak Didik Kembangkan Seni Budaya Indonesia
Turut menyaksikan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh KBRI Singapura. Suryo Pratomo. Dalam sambutan, ia bangga dengan penampilan budaya Indonesia yang menjadi pembuka. “Ini menjadi penanda bahwa budaya Indonesia juga menjadi elemen penting dalam dinamika masyarakat Singapura,” ujarnya.
Official opening ceremony IIS yang ditandai dengan pengguntingan pita. -Igak-
Dalam agenda yang bakal berlangsung selama satu bulan penuh hingga 30 September 2023 itu, tari saman persembahan SIS itu menjadi bagian penting dari perjalanan sekolah tersebut. Mengingat regenerasi penarinya dilakukan secara otodidak oleh para siswa kepada adik-adik kelasnya.
Mereka sudah tampil di beragam event nasional di Singapura, mulai dari acara resepsi diplomatik dengan dihadiri para duta besar seluruh dunia yang ada di Singapura hingga acara-acara internasional yang digelar oleh pemerintah Singapura.
“Anak-anak SIS berlatih serius setiap minggu untuk memastikan semua gerak dalam tarian ini dilakukan secara benar,” jelas Yenny Dwi Maria, kepala sekolah SIS.
Siswa SIS foto bersama usai menari saman yang menjadi pembuka dalam acara IIS. -Igak-
Mereka terdiri dari dua grup, grup senior dan junior yang tampil bergantian dan melakukan proses regenerasi sekaligus melatih adik-adik keasnya secara simultan.
Penampilan tari itu dinilai IGAK Satrya Wibawa, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura sekaligus menjadi penguat eksistensi SIS di Singapura. “Selain menjadi ruang akademik, SIS menjadi duta budaya Indonesia di Singapura,” tegasnya.
Ruang akademik dan ruang budaya ini yang menjadi keunggulan sekaligus pembeda antara SIS dengan sekolah lokal di Singapura dan sekolah internasional di Singapura.
Kekuatan budaya itu juga menjadi salah satu daya tarik bagi sekolah lokal untuk menjadi sister school atau parter kolaborasi dengan Sekolah indonesia Singapura seperti Victoria School, Raffles Institute, Dulwich International School, dan beberapa sekolah lainnya.
“Kami juga melaksanakan penguatan aspek kebudayaan dengan pelatihan beberapa tari tradisional utnuk anak-anak SIS mulai pada kelas satu SD,” ujar Satrya.
Dibeberkan Satrya, Singapura secara geografis dan sosio historis menjadi melting pot beragam budaya Asia, terutama India, Tionghoa, dan Melayu. Tiga etnis tersebut menjadi pilar keberagaman masyarakat Singapura.
Bersulang dalam pembukaan acara yang digelar oleh Asosiasi Bisnis Indonesia–Singapura dan the Young SEAkers Singapura.-Igak -
“Ada sekitar 250 ribu warga negara Indonesia di Singapura dengan membawa keberagaman budayanya masing-masing. Artinya kontribusi masyarakat indonesia dalam kemajemukan Singapura sangatlah penting,“ tambahnya.
IIS dilaksanakan secara rutin oleh Kementerian Budaya, komunitas dan pemuda Singapura dalam menjamin dan menjaga kebersamaan dan soliditas komunitas dalam keberagaman di Singapura.