Perampok masuk lewat pagar tembok belakang. Sudah masuk rumah. Sudah mengambil aneka barang. Ketika perampok hendak keluar lewat jalan ketika ia masuk, mendadak anak gadis pemilik rumah memergoki. Spontan, si gadis menjerit. Berteriak: Rampok… rampok…
Ibu gadis itu bangun. Dua adiknya ikut bangun. Kebetulan kepala keluarga sedang dinas, tidak di rumah.
Teriakan membuat perampok panik. Ia bawa golok. Maka, perampok membabat sekeluarga itu. Ibu dan seorang anak tewas di sana. Dua lainnya dirawat di RS, akhirnya sembuh.
Perampok ditangkap polisi, dihukum berat. Kepala keluarga dan sisa dua anak tidak lagi tinggal di sana. Rumah itu dibiarkan kosong sampai sekarang. Sudah 19 tahun. Dijaga pria setengah baya bernama Junaidi Slamet. Tapi, tidak terawat. Alang-alang tumbuh liar sepinggul orang dewasa.
Warga sekitar cerita, kalau malam kadang muncul seorang wanita di jendela lantai 2. Tersenyum. Padahal, rumah itu kosong. Junaidi tidak tinggal di situ. Ia hanya bertugas siang, membersihkan ilalang yang ternyata tidak bersih juga.
Junaidi kepada wartawan: ”Benar. Banyak orang cerita, melihat wanita di jendela lantai 2. Tapi, saya jaga sini sejak 2004 belum pernah melihat.”
Dilanjut: ”Banyak orang datang bawa kamera. Terus, ngevideo rumah ini. Katanya, serem banget. Tapi, mereka masuk rumah dan merekam video pada siang. Kalau malam, belum ada yang berani masuk.”
Rumah itu dulu diberi tulisan: Dikontrakkan. Tapi belum laku. Dijual juga belum laku. Mungkin calon pembeli mencari info, kemudian tahu sejarah rumah tersebut. Atau, memang belum saatnya laku meski sudah 19 tahun dijual.
Cerita model begitu sangat banyak di Indonesia. Bagaimana terjadi di negara Barat? Ternyata mirip dengan Indonesia.
Dikutip dari New York Post, 28 September 2022, berjudul 30% of Americans would buy a home where a murder happened: poll, disebutkan bahwa mayoritas masyarakat Amerika Serikat (AS) tidak suka beli rumah bekas lokasi pembunuhan.
Tapi, di AS ada risetnya. New York Post mengutip data hasil riset lembaga jajak pendapat YouGov pada masyarakat calon pembeli rumah AS di 2022. Hasilnya, sekitar 30 persen calon pembeli tidak masalah membeli rumah bekas lokasi pembunuhan. Sisanya, 70 persen, masalah. Atau batal membeli.
Soal itu terkenal, dijadikan film seri berjudul Murder House Flip, produksi Sony Pictures Entertainment, tayang di The Roku Channel sekarang. Berkisah tentang renovasi rumah bekas tempat pembunuhan.
Cerita serial di film itu menggambarkan kontraktor membangun rumah bekas pembunuhan Jodi Arias dan Dorothea Puente.
Soal itu juga difilmkan yang tayang di Netflix, berjudul Worst Roommate Ever.
Di empat negara bagian di AS, yakni California, South Dakota, Alaska, dan Vermont, berlaku hukum: semua penjual rumah harus menceritakan sejarah rumah terkait kematian bekas penghuni. Baik kematian wajar maupun akibat pembunuhan atau bunuh diri. Minimal dalam tiga tahun terakhir.
Di negara bagian lain tidak ada hukum seperti itu. Jadi, penjual merahasiakan sejarah rumah pada saat ditawarkan. Setelah penjual dan pembeli deal, tapi belum dibayar, penjual wajib memberitahukan sejarahnya.