Anugerah Patriot Jawi Wetan 2023: Perangi Maling Sapi dengan Gaster

Kamis 14-09-2023,08:00 WIB
Reporter : Noor Arief Prasetyo
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pelafalannya mirip dengan kata gangster, sekelompok penjahat yang membuat onar. Tapi ini adalah gaster. Singkatan dari garasi ternak. Terobosan tiga pilar di Desa Purwosono, Sumbersuko, Lumajang. Tapi memang gaster dibuat untuk memerangi maling sapi di desa tersebut. Beberapa tahun lalu, maling sapi memang marak di desa ini.

Malah saat penjurian online, kepala desa Hendrik Dwi Martono, SE; Babinsa Sertu Masrohim Atmajaya Putra, dan Bhabinkamtibmas Bripda Maulana Dirham Perkasa mengatakan, saat sapi warga dicuri, tetangganya malah tidak berani membantu. Ini karena maling sapi sering membawa senjata tajam dan berani melukai bila terdesak.

Akhirnya, tiga pilar ini menggagas ide membuat tempat untuk sapi milik warga. Dengan lokalisasi sapi ternak ini, warga pun bergantian berjaga di kandang yang diberi nama gaster alias garasi ternak. Sejak dibentuk gaster ini, pencurian sapi di desa tersebut sudah tidak pernah terjadi lagi. 


Tim juri lapangan zona barat tiba di Kota Madiun dan disambut Wali Kota Drs. H. Maidi, S.H., M.M., M.Pd. Tim juri sempat diajak jalan-jalan naik kereta kelinci di Alon-Alon Kota Madiun.-Julian Romadhon-

Tidak hanya itu saja terobosan tiga pilar yang masuk 10 besar Anugerah Patriot Jawi Wetan 2023 ini. Sungai yang dulunya kumuh berhasil disulap menjadi sungai wisata. Namanya Kali Sejuk. Kendati namanya Kali Sejuk, dulu sebelum revitalisasi, sungai ini sangat kumuh. Penuh sampah.

Karena kumuhnya itu, sungai yang berada di desa tersebut menjadi jalur pelarian maling sapi, usai beraksi. Kini, sungai itu sudah berubah 180 derajat. Kini menjadi sungai yang jernih dan menjadi jujugan wisata warga desa dan warga luar desa. Potensi ini memancing pertumbungan ekonomi warga setempat yang membuka warung makan di sepanjang sungai.

“Terobosan mengantasi satu masalah malah membuat dua manfaat. Maling sapi hilang dan perenomian warga juga meningkat dengan Kali Sejuk yang sudah menjadi tempat wisata,” terang Drs Gitadi Tegas Supramudyo M.Si, akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair.

Dikatakan Gitadi, penjurian lapangan ini memang sering memberikan kejutan. Kejutan yang membanggakan atau yang membagongkan. Sering kenyataan melebihi paparan saat menjurian. Tapi kadang juga sebaliknya.

Hal yang sama juga dialami Gitadi yang ada di tim zona timur saat mendatangi Kota Probolinggo. Di kota ini, tim mendatangi Desa Jebreng Kidul, Kecamatan Wonoasih. Semula Wali Kota Probolinggo Habib Hadi sudah berencana menyambut tim juri. 

Tapi menjelang tim sampai di kota tersebut, wali kota ada keperluan mendadak. Akhirnya, Sekda Kota Probolinggo yang menyambut bersama Kapolres Probolinggo Kota dan Dandim. Di Desa Jebreng Kidul, tim dikejutkan dengan terobosan pengolahan kotoran manusia dan limbah pabrik tahu di desa itu.

Siapa sangka, kebutuhan bahan bakar untuk memasak warga desa sangat murah. Hanya Rp 5 ribu per bulan saja yang harus mereka bayar. Itu untuk seluruh kebutuhan masak memasak. Mereka menggunakan gas yang berpusat pada ipal (instalasi pengolahan limbah) desa tersebut.

Ipal itu menampung kotoran manusia dan juga limbah pabrik tahu di desa tersebut. Limbah itu kemudian diproses hingga menghasilkan gas alam yang disalurkan ke rumah warga desa. Gas hasil Ipal itulah bahan bakar di dapur-dapur warga. “Kendati berasal dari kotoran manusia, gas yang digunakan memasak sudah tidak berbau busuk. Baunya juga mirip gas LPG biasanya,” kata Gitadi lagi.

Pelayanan administrasi kependudukan (adminduk) di desa ini juga sangat memanjakan warga. Desa meluncurkan program pelayanan dengan memanfaatkan motor roda tiga sebagai sarana pelayanan mobile. 

Kendaraan roda tiga ini lah yang mendatangi warga yang membutuhkan. Termasuk pembuatan KTP juga bisa dilakukan melalui layanan mobile ini. Petugas sudah menyiapkan kain merah sebagai latar belakang foto kartu tanda penduduk (KTP). (*)

 

Kategori :