Drama Musikal Kolosal Perobekan Bendera (1) : Libatkan 1.300 Orang, Lebih Khidmad dengan Orkestra

Selasa 19-09-2023,15:40 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Doan Widhiandono

Mulai dari Surabaya ’45 karya A Rachman yang lantas dipulerkan Dara Puspita. Lalu Lancaran ‘45 ciptaan Bung Karno dan Ki Narto Sabdo; Indonesia Raya karya W.R. Supratman; Gugur-Gugur Bunga dan Berkibarlah Benderaku karya Gombloh; Bendera karya Coklat; juga dipungkasi Berkibarlah Benderaku karya Ibu Sud.


PARA PEJABAT terlihat bersemangat saat terlibat dalam drama musikal Merdeka Merah Putih. Dari kiri, Wali Kota Eri Cahyadi, anggota DPR RI Indah Kurnia, dan Wakil Wali Kota Armuji.-Boy Slamet-Harian Disway-

Seluruh musiknya digarap oleh Orkestra Amadeus. Berkolaborasi dengan paduan suara dari kalangan pelajar Surabaya. Mereka tampil memukau persis di depan Hotel Majapahit.

Heri pun punya maksud sendiri dalam menampilkan orkestra ini. Sesuatu yang benar-benar baru ketimbang tahun-tahun sebelumnya. “Ini cara kami menyamakan frekuensi dengan anak-anak sekarang. Lewat apa yang disenangi dan kita muati nilai-nilai cinta Tanah Air,” tandasnya.

Dengan begitu, mereka mau terlibat untuk merawat memori kolektif tentang kepahlawanan di Kota Surabaya. Tidak dengan paksaan. Melainkan dengan kegembiraan ikut mengisi kemerdekaan.

Heri melibatkan sedikitnya 1.300 personel. Mereka juga dari berbagai kalangan. Yakni mahasiswa dari berbagai kampus, ibu-ibu PKK, pemuda karang taruna, Sanggar Surabaya Menari, dan berbagai unsur komunitas seni-budaya lainnya. 

“Tahun ini kita pakai satu titik. Beda dengan tahun sebelumnya ada tiga titik. Tapi, bisa disaksikan tadi, tidak kalah bergetar,” tandasnya.

BACA JUGA : Teatrikal Perobekan Bendera Satukan Komunitas-Komunitas Seni di Surabaya

Secara jumlah memang tak sebanyak tahun lalu yang melibatkan lebih dari 3.000 orang. Tetapi, perhelatan tak kalah khidmat dan meriah. Heri pun menempatkan 60 mahasiswa mengibarkan bendera Merah Putih berjajar di atas Hotel Majapahit.

Salah satunya, Rahmat Anggung yang ikut program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas 17 Agustus 1945. Rahmat datang dari Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Baru 16 hari tinggal di Surabaya.

“Luar biasa. Ini membanggakan sekali. Karena tidak semua orang bisa naik ke atas,” ujarnya. Apalagi, selama ini Rahmat hanya bisa melihat hotel bersejarah itu dari buku-buku dan video. Kini ia bisa terlibat langsung dan punya peran yang tak akan terlupakan.

Pengalaman serupa juga dirasakan oleh Helis Nurida. Ibu dua anak dari Kedungdoro ini baru kali pertama ikut menyaksikan drama kolosal Perobekan Bendera. “Saya merinding saat terjadi penembakan dan kita sama-sama nyanyi Indonesia Raya. Hampir nangis. Semoga tahun-tahun selanjutnya terus digelar,” ungkap Helis. (Mohamad Nur Khotib)

Kategori :