Cheng Yu Kreator Seni Fashion Embran Nawawi: Zhuan Xin Zhi Zhi

Kamis 21-09-2023,17:37 WIB
Reporter : Annie Wong dan Novi Basuki
Editor : Heti Palestina Yunani

ADA yang akan berubah tahun depan, 2024. Embran Nawawi tak mau lagi disebut desainer. Waktunya pensiun. Tapi ia tetap berkarya sebagai kreator seni fesyen. Lantas apa bedanya desainer dan kreator seni fesyen ya?    Sepulang dari Lao Fashion Week 2023 di Vientian, Laos, 9 September 2023 lalu, Embran menyatakan bahwa ia ingin fokus pada bisnis dan pengembangan seni fesyen dengan kain tradisional. Show terakhirnya sebagai desainer akan dilakukan di Surabaya tepat malam tahun baru 2024.   “Saya tidak ingin lagi sebagai celebrity fashion. Tapi lebih tepatnya menjadi seniman tekstil dan fesyen. Berkarya lebih ke apparel dan craft,” bebernya, saat ditemui di Seventeen Lounge, HARRIS Hotel and Conventions Gubeng Surabaya, saat mempresentasikan karyanya yang dibawa ke Laos bersama Nusa Amin, pemilik usaha Tenun Nussa dari Jombang.   Bukan sedang kecewa dengan dunia fesyen lantas Embran memutuskan hal itu. Tapi itu demi motto yang dia yakni. Yakni “I just wanna do it, by my knowledge and experience”. Saya hanya ingin melakukan sesuatu, yang saya bisa dan yang saya tahu, Red). Senada dengan filsuf Mencius yang menyarankan kita untuk zhuan zin zhi zhi. Artinya, fokus pada apa yang sedang dikerjakan.   Terkait mottonya itu, Embran tak asal bicara. Dia mengaku sudah berkarya dengan semua cara. “Dengan cara modal duit besar. Dengan kreativitas. Dengan kolaborasi. Dengan entertainment. Dengan full konsep. Bahkan dengan males-malesan sekalipun. Hampir semua sudah aku lakukan,” ujarnya.   Ada prediksi Embran pada 2021 tentang chaos dalam dunia fesyen ternyata terbukti. Dapat dilihat sejak pandemi saat para desainer tidak bisa berkarya. Sementara saat pandemi hilang, para desainer itu seperti kebingungan membuat karya.   Di antara itu, tumbuh banyak fashion designer dadakan tanpa pengalaman dan ilmu. Mereka ini tak bertanggung jawab dengan karyanya. ”Misalnya penjahit menjadi desainer. Tidak salah tapi itu merusak peta fesyen,” katanya.    “Cuma karena mereka membikin baju. Atau cuma karena ikut dalam fashion show. Mereka tak disa menampilkan karya fesyen terbaru. Tidak ada kebaharuan atau pembaharuan,” sambungnya.   Juga timbul fenomena panggung bebas di setiap tempat termasuk mal. “Banyak yang mau show di luar negeri walaupun di sana bukan ajang fesyen resmi. Seperti show di kedutaan, show di tempat kecil, show di tempat bukan ranah fesyen. Cuma untuk meraup pemberitaan lokal,” ujarnya.   Yang menakutkan adalah di setiap ajang fesyen itu yang menonton hanya teman dan keluarga. Kesimpulannya, para pelaku fesyen itu dimasuki orang-orang yang tertarik akan ketenaran. Hingga semua lebih memilih panggung daripada karya.    Di Laos, sebenarnya Embran sempat pesimistis di awal. “Tetapi ternyata karyaku menjadi karya inspiratif dan impresif,” ungkapnya. Nah dari pengalaman itu, pria kelahiran 5 Juli 1971 itu merasa harus ada effort lebih yang harus ia siapkan untuk tahun depan.   ”Aku enggak bisa berkarya luar biasa lagi ketika menyandang gelar desainer. Aku enggak mau tanpa effort seperti itu. Ingat, fesyen itu karier. Butuh modal ilmu, pengalaman, selain passion dan bakat,” tandasnya, mantap. (Heti Palestina Yunani)

Kategori :