BETAPA banyak ajaran Tiongkok klasik yang mengajarkan kita untuk merasa cukup dan bersyukur atas apa yang dipunya.
Founder Taoisme Lao Tzu, misalnya, dikenal dengan pernyataannya, "知足常乐" (zhī zú cháng lè): siapa merasa cukup, akan selalu bahagia.
Sebaliknya, ditegaskan Lao Tzu dalam bab 44 kitab Tao Te Ching (道德经), "Siapa yang terlalu banyak keinginan, akan lebih banyak menghabiskan. Siapa yang terlalu banyak menimbun, akan lebih banyak kehilangan. Siapa yang merasa cukup, akan bisa menghindari kehinaan. Siapa yang memahami kapan berhenti, akan bisa menghindari bencana" (甚爱必大费,多藏必厚亡;故知足不辱,知止不殆 shèn ài bì dà fèi, duō cáng bì hòu wáng; gù zhī zú bù rǔ, zhī zhǐ bù dài).
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Airin Rachmi Diany: Fen Miao Bi Zheng
BACA JUGA:ChengYu Pilihan Aktor Roy Marten: Juan Tu Chong Lai
Senada, kendati dengan bahasa yang lebih ngeri-ngeri sedap, Tuhan memastikan dalam Al-Qur'an, "Jika kalian bersyukur, maka sungguh Aku akan tambah [karunia] untuk kalian. Dan jika kalian ingkar, sesungguhnya siksa-Ku sangatlah pedih."
Makanya, aktris senior Jenny Rachman menjadikan "selalu bersyukur" sebagai prinsip hidup. Pasalnya, Bapak Sejarah Tiongkok Sima Qian bilang, "Kalau hawa nafsu tidak dibatasi, akhirnya tak akan ada yang terpenuhi; kalau sudah didapat tapi tidak merasa cukup, pada akhirnya akan kehilangan semuanya" (欲而不知止,失其所以欲;有而不知足,失其所以有 yù ér bù zhī zhǐ, shī qí suǒ yǐ yù; yǒu ér bù zhī zú, shī qí suǒ yǐ yǒu).
Kalau sudah begitu, maka benar apa yang dikatakan Han Fei (c. 280–233), filsuf legalisme, "不知足者之忧终身不解" (bù zhī zú zhě zhī yōu zhōng shēn bù jiě): kegelisahan orang yang tidak merasa cukup, akan selamanya membelenggu. (*)