SURABAYA, HARIAN DISWAY - Duo Etnicholic berkesempatan untuk tampil di acara Festival Seni Balai Pemuda Surabaya pada Jumat malam 6 Oktober. Mereka menampilkan 11 lagu.
Salah satunya adalah lagu yang belum mereka liris berjudul “Singgasana Singasari” yang memiliki arti Istana Singasari.
Kelompok musik ini mengangkat kisah sejarah dari asal mereka yaitu Malang. Lagu itu menceritakan mengenai awal berdirinya Kerajaan Singasari hingga kisah asmara Ken Dedes dan Ken Arok dan menambahkan unsur dinamika politik.
“Awalnya kita mau membuat lagu bernuansa Malang dan inget kalau ada Kerajaan Singasari,” ungkap Anggar vokalis Duo Etnicholic.
Anggar langsung mulai mencari tau lebih mengenai Kerajaan Singasari dan ia menemukan kisah Ken Dedes dan Ken Arok dari sisi lain yang biasanya orang-orang ceritakan.
“Ken Arok dan Ken Dedes seolah olah kisah cinta padahal dibalik itu semua adalah ambisius,” jelasnya.
Setelah membaca kisahnya, mereka sadar bahwa ada rekam peristiwa yang terdapat pengulangan-pengulangan di konteks politik. "Mau tidak mau konteks dinamika politik sebelum ada Indonesia itu berasal dari kerajaan-kerajaan," cap Redy Eko Prastyo Pemain Dawai Cempluk.
Mereka membuat lagu ini juga berangkat dari konteks historis. Melihat bahwa musik bisa menjadi media literasi agar lebih mudah ditangkap dan pahami.
“Lagu ini menjadi alternatif metode pembelajaran untuk mengenalkan aspek historis yang ada di nusantara,” jelas Redy.
Melewati Jam Session, Redy membuat nada tema baru kemudian merangkai dan menambahkan lirik kedalamnya, “judul itu malah belakangan,” katanya.
Lagu itu mereka tampilkan dengan sangat apik di Balai Pemuda. Anggar sang vokalis dengan pintarnya menari kecil mendeskripsikan setiap lirik lagu melalui tarian kecil yang ia peragakan.
BACA JUGA: Festival Seni Balai Pemuda 2023 Ajak Pengunjung Membeli Lukisan 200 Ribuan
Ia mengepal tangan yang menjelaskan Bagaimana Ken Arok berusaha mendapatkan kekuasaan dengan segala cara. Menekuk wajah dan ekspresi melas menjelaskan eskpresi Ken Arok ketika merasa dibohongi.
Anggar melakukan gerakan dan ekspresi itu secara spontan mengikuti rasa yang ia rasakan dan juga lirik lagu. “Ya itulah seni tari, seni mengolah rasa dan tari jadi media kita mengungkapkan lewat gerak,” tuturnya.