Menkominfo Awasi Hoaks

Sabtu 28-10-2023,07:28 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Reuters mewawancarai seorang produsen hoaks, mengatakan begini: ”Kita sedang berperang demi konten… Orang-orang melakukan apa pun yang mereka inginkan.”

Menurut Reuters, produsen hoaks itu telah menulis cerita yang menggambarkan pejabat Indonesia (waktu itu jelang periode kedua Jokowi) dibayar pemerintah Beijing. Orang tersebut menolak disebutkan namanya karena pekerjaan tersebut ilegal.

BACA JUGA:Kades Pakel Banyuwangi Ditangkap Polisi, Sebar Hoaks Akta Sri Baginda Ratu

BACA JUGA:Termakan Hoaks Penculikan Anak, ODGJ Dihajar Warga Kejawan Putih Tambak Surabaya

Reuters menulis: ”Penduduk Indonesia yang berjumlah 269 juta jiwa memiliki rata-rata usia muda di atas 30 tahun menurut World Population Review.”

”Dengan lebih dari 100 juta akun, negara ini merupakan pasar terbesar ketiga bagi Facebook dan pasar lima besar secara global untuk platform WhatsApp dan Instagram serta saingannya, Twitter.”

Dilanjut: ”Berita palsu di Indonesia dapat ditonton ribuan kali dalam hitungan jam, meskipun ada undang-undang yang melarang pembuatan dan penyebaran konten semacam itu.”

BACA JUGA:Ngopi Bareng, Dandim Ajak Media Perangi Hoaks

BACA JUGA:Menghirup Bubuk Jahe Sembuhkan Omicron? Hoaks!

Reuters mewawancarai seorang jurnalis penulis berita bohong, mengatakan: wartawan itu disewa penasihat kampanye Prabowo untuk menulis berita positif tentang Prabowo dan sebaliknya, berita negatif tentang Joko Widodo, untuk diposting di Facebook dan WhatsApp. 

Wartawan itu mengatakan ke Reuters bahwa ia hanya menulis cerita negatif yang ”benar” dan mengutip isu yang beredar di masyarakat.

Contoh, wartawan itu menyebarkan isu 2.000 pekerja Tiongkok di Pulau Sulawesi, Indonesia, diam-diam adalah bagian dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.

BACA JUGA:Modus Baru Youtuber Cari Uang via Hoaks

BACA JUGA:Riset Hoaks, Kondisi Jeblok

”Kami mempunyai bukti dari kontak pemerintah dan kami dapat melihat bahwa mereka adalah tentara dari penampilan mereka,” katanya kepada Reuters. Lantas, Reuters konfirmasi ke Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta. Dijawab: ”Itu hoaks.”

Reuters menulis, produsen hoaks menulis berita bohong yang sensitif. Antara lain, tentang Tiongkok dan hal-hal terkait agama. Bahkan, Joko Widodo dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia yang sudah lama tidak ada di Indonesia. Dan, Joko Widodo keturunan Tiongkok. Yang semua itu terbukti tidak benar. Tapi, sebagian masyarakat telanjur percaya hoaks.

Kategori :