Dalam istilah Evy, penulis bagai memiliki "bioskop" dalam benaknya. "Dari sana muncul tayangan-tayangan imajinatif. Lalu tugas penulis adalah mengidentifikasi tiap karakternya, membedakan sifat mereka satu sama lain berikut kebiasaan-kebiasaannya," terangnya.
Terkait judul yang manis itu, Roti Marieku dipicu pengalamannya ketika sedang berbelanja. Setiap kali ke retail mana pun dia selalu lihat roti marie.
BACA JUGA: 4 Novel Tema Sosial yang Asyik sebagai Teman Kala Senggang
"Saya juga sering diberi pasien saya biskuit yang renyah itu. Makanan yang punya sejarah menarik. Mengapa enggak saya urai makna filosofinya beserta konfliknya untuk setiap tokoh dalam novel," ujarnya.
Dikisahkan, dua tokoh pria berebut perhatian seorang perempuan yang mereka cintai bersamaan. Salah seorang kerap membawa roti marie. Ia tak bisa lepas dari kudapan yang berasal dari Britania Raya itu.
Ketika tokoh tersebut terlibat asmara dengan Karina, dialah roti marie itu. Simbol kecantikan, dedikasi, dan pengabdian.
Beberapa pembaca dalam acara memberikan apresiasi. Seperti dokter muda Paula Margaretha Samosir yang sempat menjadi moderator bedah bukunya secara daring.
Menurutnya, cerita Rotie Marie simpel. Sastranya ringan. Namun, maknanya dalam. "Ada kisah romantisnya. Yang lebih penting, dr Evy selalu mengingatkan kita untuk berdoa," ungkapnya.
Pendapat lain datang dari dr Heru Purnomo. Ia sebetulnya tak terlalu suka membaca novel. "Tapi setelah membaca Roti Marieku, saya ikut hanyut dalam alur cerita itu. Tak bosan saat melahap keempat bukunya," ujarnya.
Lewat novelnya, Evy memang ingin memberi tahu banyak hal. Pertama, tentang keseharian dokter yang bertugas di daerah terpencil. Kedua, memberi motivasi pada calon dokter untuk tak takut bila ditempatkan di daerah perifier.
Penulis menjelaskan tentang latar belakang peristiwa gempa Ende dan kisah dua tokoh pria yang berebut perhatian seorang perempuan yang mereka cintai bersamaan. Salah seorang kerap membawa roti marie yang jadi judul novel. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-
Ketiga, memberi hiburan tentang cerita roman dan persahabatan yang terjadi di rumah sakit. Pun cerita lucu yang sering ditemukan kala berinteraksi dengan pasien di rumah sakit atau puskesmas.
Keempat, mengenal lebih jauh latar lokasi novel. Dengan berlatar waktu 1982-1995, Evy menyinggung perjuangan ketiga tokoh itu termasuk saat gempa Ende. Berikut keindahan daerah itu. Meliputi kultur budayanya yang khas.
Meskipun hanya tiga tahun, Evy sangat jatuh cinta dengan Ruteng dan beberapa daerah di NTT. Emosinya itu jelas tergambar. Sehingga jadilah Roti Marieku semacam travel note yang personal. Memicu pembaca ingin menjelajahinya juga. Khususnya di Ende sebagai latar utama.
"Karena itu semua laba bersih dari novel ini saya sumbangkan untuk Program Penanggulangan Anak Stunting di Ende dan Maumere. Disalurkan melalui dinas kesehatan di kedua kabupaten itu," tandas Evy. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)