Siapa Pengkhianat Bangsa Palestina?

Senin 30-10-2023,10:06 WIB
Reporter : Tofan Mahdi*
Editor : Yusuf Ridho

Ketika kedatangan warga Yahudi dari berbagai belahan negara di dunia ke Palestina tidak bisa dibendung lagi, sehari menjelang berakhirnya Mandat Inggris di tanah Palestina, politikus zionis David ben Gurion memproklamasikan berdirinya israel pada 1948.

Setali tiga uang dengan Inggris, melalui lobi Yahudi yang sangat kuat, pemerintah Amerika Serikat mendukung penuh eksistensi negara israel. Sejak 1948, kebijakan pemerintah AS tidak akan berubah untuk berdiri di sisi israel, baik presidennya dari Partai Republik maupun Demokrat. 

BACA JUGA:Palestina dan Berat Sebelah Media Barat, Reaksi Bud Wichers terhadap Serangan ke Gaza

BACA JUGA:Semakin Membabi Buta, Israel Jatuhkan Bom “Fosfor Putih” Ke Pemukiman Padat Penduduk di Gaza

Kemenangan israel dalam berbagai perang dengan koalisi negara Arab hingga saat ini tak lepas dari dukungan persenjataan AS kepada israel. 

Standar ganda AS dan Inggris juga ditunjukkan di Dewan Keamanan PBB. Setiap resolusi yang berpihak kepada Palestina seperti saat ini ketika terjadi bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, AS dan Inggris mengeluarkan hak veto menolak resolusi tersebut. Memang, dari awal, PBB tak pernah lepas dari hegemoni AS.

 

Mesir dan Negara Arab

Mesir boleh dikatakan negara Arab pertama yang mengkhianati perjuangan kemerdekaan Palestina. Mengapa? Setelah Presiden Gamal Abdul Nasser wafat, Anwar El-Sadat memimpin pemerintahan Mesir. 

Di awal kepemimpinannya, Sadat dielu-elukan sebagai pahlawan negara-negara Islam karena kesuksesan Mesir dan koalisi negara Arab mengalahkan israel dalam Perang Yom Kippur pada Oktober 1973. Mesir sukses menguasai kembali wilayah yang direbut israel dalam perang 1967 seperti Terusan Suez, Gurun Sinai, dan Jalur Gaza. 

Kemenangan dalam Perang Yom Kippur tak mendorong Anwar Sadat menjadikan kampanye militer (perang) sebagai pilihan utama melawan Israel. Sadat memilih jalur diplomasi. 

Sayang, Sadat agak kebablasan dengan keberaniannya menjadi pemimpin Arab pertama yang berkunjung ke Tel Aviv, berbicara di Knesset (parlemen israel). Akhirnya Mesir menjadi negara Arab pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan israel. 

Atas kebijakan tersebut, Anwar Sadat meregang nyawa ditembak mati tentara Mesir sendiri pada 6 Oktober 1981, saat parade militer dalam rangka perayaan kemenangan Perang Yom Kippur. 

Terlepas apa pun pertimbangan Sadat, membuka hubungan diplomatik dengan israel bukan hanya pengkhianatan terhadap bangsa dan rakyat Palestina. Namun, juga pengkhianatan terhadap Resolusi Khartoum 1967, yakni negara-negara Arab menyepakati tiga prinsip utama. 

Prinsip-prinsip tersebut adalah tidak ada perdamaian dengan israel, tidak mengakui eksistensi israel, dan tidak ada negosiasi dengan israel. Mesir melanggar kesepakatan Khartoum.

Terbukti, langkah diplomatik Mesir menjadi preseden. Sejumlah negara Arab lain ikut membuka hubungan diplomatik dengan israel seperti Jordania (sejak 1994), Maroko (1994), Tunisia (1994–2020), Oman (1996–2020), Sudan (2020), Bahrain (2020), dan Uni Emirat Arab (2020). 

Kategori :