Berbicara kepada Medical News Today, ahli gizi Kelsey Costa, menyarankan bahwa lebih baik memilih makanan sehat yang tentu harganya lebih terjangkau, untuk menjaga kesehatan pula.
“Faktor sosial, ekonomi, dan struktural yang berkontribusi terhadap meluasnya konsumsi makanan ultra-olahan dan potensi kecanduannya tetap menjadi tantangan signifikan bagi kesehatan masyarakat,” katanya.
BACA JUGA:Awas, Banyak Mengonsumsi Makanan Ultra-Proses Dapat Timbulkan Risiko Depresi Lo, Mengapa?
Studi BMJ juga mencatat bahwa makanan ultra-olahan merupakan sumber kalori yang penting bagi masyarakat di berbagai negara dan bahwa lingkungan makanan tidak selalu sama di satu negara.
Meskipun kecanduan terhadap makanan ultra-olahan bukanlah diagnosis resmi, sebagaimana ditegaskan kembali dalam penelitian itu, para peneliti menulis bahwa mengklasifikasikannya seperti itu pada akhirnya dapat memberikan manfaat dan mengarah pada pendekatan baru di berbagai bidang. Seperti keadilan sosial dan perawatan klinis.
“Ada dukungan yang konvergen dan konsisten terhadap validitas dan relevansi klinis dari kecanduan makanan ultra-olahan,” kata Ashley Gearhardt, profesor Universitas Michigan yang memimpin penelitian studi tersebut.
BACA JUGA:Tidak Bisa Tidur Nyenyak? Coba Cek Makanan Apa yang Anda Konsumsi Sebelum Tidur
“Dengan mengakui bahwa jenis makanan olahan tertentu mempunyai sifat zat adiktif, kita mungkin dapat membantu meningkatkan kesehatan global,” pungkasnya.
Bagaimana? Jadi jangan sering-sering makan junk food deh! (*)