4. Raden Harya Bratasena
Ini 5 karakter tokoh pemuda dalam wayang kulit, inspirasi untuk generasi muda. Wayang Raden Harya Bratasena, sosok pemuda teguh yang berbakti dan tegas.-@sanggar_wayang_yudhistira-Instagram
Raden Harya Bratasena adalah nama masa muda dari Bima atau Werkudara. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara Pandawa. Sejak muda, ia seorang yang keras tapi tegas dan teguh dalam pendirian.
Bratasena selalu berterus-terang. Tak pernah berbasa-basi. Tapi rasa hormatnya pada orang tua, termasuk pada ibunya, Dewi Kunti dan kasih sayangnya pada kakak dan keempat adiknya begitu melimpah.
Ia pernah dibohongi oleh gurunya, Durna, untuk mencari tirta suci di lautan berbahaya. Karena rasa baktinya, ia menuruti perintah gurunya itu. Dalam pencariannya, Bratasena bertempur dengan naga raksasa. Ia berhasil menang, namun sangat kepayahan.
Bratasena pada akhirnya bertemu dengan Dewa Ruci. Yakni dewa kerdil yang menyerupai wujudnya. Dalam pertemuan itu Bratasena memahami berbagai kebijaksanaan hidup dan filsafat semesta.
Sosok Bratasena menjadi penyemangat bagi para pemuda masa kini. Bahwa ketegasan dan teguh dalam pendirian itu harus dimiliki siapa pun. Sekaligus, bahwa perjuangan mencapai sesuatu itu tak mudah. Harus berbekal keyakinan dan semangat juang.
5. Dewi Arimbi
Ini 5 karakter tokoh pemuda dalam wayang kulit, inspirasi untuk generasi muda. Dewi Arimbi merupakan perempuan penuh kasih sayang. Ia mampu membedakan mana yang baik dan buruk.-@tjokrosuharto-Instagram
Dewi Arimbi merupakan adik dari Prabu Arimba, putri Prabu Kala Tremboko, Raja Pringgadani. Dia merupakan perempuan berwujud raksasa. Namun, Arimbi tahu mana yang baik dan benar.
Dalam pewayangan Jawa, Arimbi menentang sikap kakaknya yang bermusuhan dengan Pandawa. Karena Arimbi tahu bahwa Pandawa tak bersalah dan menyarankan agar lebih baik membantunya.
Nasihat Arimbi tak diindahkan Arimba. Dia pun diusir dari Pringgadani. Arimbi bergabung dengan Pandawa dan ikut membantu membabat Hutan Wanamarta. Arimbi pun jatuh cinta pada Bima.
Karena keteguhan dan cinta kasihnya, dewata menganugerahkan paras cantik padanya. Arimbi dan Bima pun menikah. Mereka memiliki seorang putra bernama Gatutkaca, yang menjadi ksatria gagah berani.
Arimbi sangat sayang kepada putranya itu. Padanya, dia mengajarkan bahwa cinta kasih lebih utama daripada paras elok. Dalam sebuah versi, dia dikisahkan ikut gugur dalam perang Bharatayudha.
Arimbi mengorbankan diri untuk melindungi Gatutkaca, dengan membiarkan tubuhnya terkena panah konta, senjata Basukarna, panglima Kurawa.
Sosoknya dapat menjadi teladan bagi generasi masa kini. Bahwa seorang perempuan harus mampu membedakan mana yang buruk dan benar. Tahu memposisikan diri dan memiliki kasih sayang yang berlimpah. (*)