Pada tanggal 10 November 1945, Surabaya menjadi saksi perjuangan heroik rakyatnya melawan pasukan Sekutu yang berusaha merebut kemerdekaan Indonesia. Tiga minggu pertempuran yang memakan banyak korban, baik dari rakyat maupun pasukan Sekutu. Namun perjuangan itu menjadi simbol keberanian rakyat Indonesia menentang penjajahan.
Jauh di Palestina, rakyat Gaza juga menghadapi ujian serupa. Berulang kali diserang oleh pasukan Israel. Ribuan nyawa syuhada gugur demi tempat suci yang mereka sebut sebagai rumah. Semangat mereka untuk mempertahankan kemerdekaan menyala ke seluruh penjuru dunia.
Perjuangan rakyat Surabaya dan Gaza membawa beberapa kesamaan yang menggugah hati:
1. Rakyat melawan penjajah dengan tekad yang sama.
2. Mereka bersatu untuk mempertahankan hak merdeka.
3. Semangat kepahlawanan luar biasa terpancar dari perjuangan mereka.
Perjuangan ini tidak hanya menggugah hati umat muslim. Seluruh dunia bersatu demi menyudahi genosida itu. Cukup menjadi "manusia" untuk merasakan penderitaan rakyat Palestina.
Reni Astuti berziarah ke TMP Mayjen Sungkono Surabaya dan menaburkan bunga ke Pahlawan Tanpa Nama.-Reni Astuti for Harian Disway-
Kita menangis melihat video seorang bocah yang menggigil di gelapnya malam. Badan penuh debu. Ia hanya bisa memeluk sebatang pohon setelah bom menghancurkan keluarga dan tempat tinggalnya.
Bocah perempuan tergeletak di rumah sakit. Ia duduk meringkuk tanpa keluarga. Seorang diri. Tenaga medis yang terbatas tak bisa membantunya.
Orang tua anak-anak itu menuliskan nama mereka di bagian tubuh. Agar, saat terkena bom, jasad mereka bisa dikenali. Tak ada tempat untuk mengungsi. Inilah penjara terbesar di dunia.
Yang Bisa Kita Lakukan
Hari Pahlawan tahun ini, mari kita selami kembali semangat pahlawan dari Surabaya dan Gaza. Perlu kita tanamkan semangat ini dalam diri kita agar kita dapat menjadi bangsa yang tegar dan pantang menyerah.
Tak hanya itu, yang perlu ditekankan dari perjuangan rakyat Surabaya dan Gaza adalah bahwa perjuangan mereka bukanlah milik segelintir elit, melainkan milik seluruh rakyat.
Baik di Surabaya atau Gaza, pelajar, mahasiswa, buruh, pedagang, hingga ibu rumah tangga turut serta dalam perjuangan.