Dalam kesempatan itu hadir putra kesembilan almarhum Letnan Achijat. Yakni Akbar Achijat. Ia merasa bangga, mendiang ayahnya dipentaskan oleh para seniman. Ia menyebut bahwa meski tak tercatat dalam beberapa literatur sejarah, tapi ayahnya yang menewaskan Mallaby.
Banyak saksi yang melihat kejadian itu. Tapi hingga kini pembunuh Mallaby masih dianggap misterius. "Kami juga sudah mengajukan pada pemerintah agar ayah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Tapi hingga kini belum ada tindak lanjut," ujar pria 58 tahun itu.
Ada pula pertunjukan musik yang dipentaskan oleh The Blind, grup musik binaan Istana Karya Difabel (IKD). Mereka membawakan lagu-lagu karya sendiri, serta lagu berjudul "10 November", karya Lamkoar Band.
Suasana Kota Pahlawan semakin nampak ketika Sekaring Jagad membawakan lagu-lagu karya Gombloh. Seperti Kami Anak Negeri Ini dan Lepen. Hadir pula putra Gombloh, Remy Wicaksono beserta istri dan anaknya.
Penampilan musik ditutup oleh Stand for Pride, band pengusung lagu-lagu Bonek. Mereka mengajak semua penonton bernyanyi, mengelu-elukan klub pujaan mereka: Persebaya.
Pertunjukan terakhir, ludruk Luntas tampil membawakan lakon Langit Mendung Tambak Oso. Tentang kisah heroisme Sarip Tambak Oso yang dengan gagah berani melawan ketidakadilan. Pada puncaknya, Ahmad Dhani, personel Dewa 19 datang dan melakukan orasi budaya.
Ia menyebut bahwa dirinya bangga sebagai Arek Suroboyo. "Dan di Surabayalah muncul tokoh-tokoh besar. Tokoh pahlawan. Termasuk Presiden Soekarno yang lahir di kota ini," ungkapnya. Ia memungkasi orasinya tepat pukul 12 malam. (*)