SELEPAS berjalan-jalan di Forbidden City, kami, rombongan Arek Boen Bio meneruskan perjalanan. Lokasi selanjutnya adalah Kelenteng Konghucu di Beijing. Lalu mengunjungi salah satu dari tujuh keajaiban dunia: Tembok Besar Tiongkok atau Great Wall.
Sejuta pesona Beijing. Di sana banyak destinasi wisata menarik. Tertata rapi, bersih dan nyaman. Di kota tersebut kami mengunjungi Kong Miao atau kelenteng Konghucu. Dari destinasi awal di Forbidden City menuju Kong Miao ditempuh dengan bus. Lama perjalanan sekitar 1 jam.
Penyebutan kelenteng sebenarnya adalah "Miao". Di Kong Miao Beijing, patung Nabi Kong Zi berdiri di halaman depan. Warnanya putih bersih. Posisi tangan pai dan senyum beliau yang mengembang. Senyum meneduhkan dengan parasnya yang bijak.
BACA JUGA: Perjalanan Ziarah ke Tempat Suci Nabi Kong Zi di Tiongkok (1): Sumpah yang Dikabulkan Thian
Energi suci menyelimuti seisi tempat ibadah. Bilik-bilik dan berbagai patung dewa-dewi tampak di sana. Di bagian lain terdapat diorama berbagai adegan perjalanan rohani Nabi Kong Zi beserta murid-muridnya.
Suasana di depan Tembok Besar. Destinasi wisata yang setiap hari dikunjungi wisatawan. -Liem-
Berdasarkan keterangan yang tertera, Kong Miao atau kuil Konfusius di Beijing dibangun pada tahun 1302. Yakni pada masa pemerintahan Temur dari dinasti Yuan. Kompleks tersebut diperbesar dua kali. Pertama, dibangun pada masa Dinasti Ming. Kedua, pada masa Dinasti Qing.
Karena terus diperbesar dan dikembangkan, luasnya kini sekitar 20 ribu meter persegi. Pada salah satu altar, terdapat patung babi dan kambing. Di bawahnya terdapat uang kertas. Sedangkan di beberapa bilik diisi aneka persembahan.
Biasanya, jika sedang upacara-upacara besar, akan disajikan daging sapi, babi dan kambing secara utuh. Sebagai persembahan kepada Para Suci yang bertahta di kahyangan. Setelah puas menikmati Kong Miao di Beijing, Arek Boen Bio menuju destinasi selanjutnya: Tembok Besar Tiongkok atau Great Wall.
Dari Beijing menuju ke Jinshanling, Provinsi Hebei. Sebelumnya, kami singgah di Tianan untuk makan siang bersama. Menu di Tiongkok tentu saja Chinese Food. Seperti yang bertebaran di tanah air. Jadi lidah kami telah terbiasa. Kami tak ada kesulitan sama sekali soal makanan di sana.
Lanjut perjalanan lagi, kami pun sampai di areal pintu masuk Great Wall. Luar biasa besarnya bangunan bersejarah yang dibangun pada era Kaisar Qin Shi Huang itu. Dimulai sejak abad ke-3 Masehi, pembangunannya tetap dilanjutkan oleh dinasti-dinasti setelahnya.
Konon, Tembok Besar dapat dilihat dari luar angkasa. Wujudnya seperti ular raksasa berwarna putih yang tubuhnya meliuk-liuk. Pintu masuknya berbentuk seperti gerbang raksasa. Seperti kepala dari tubuh ular. Dindingnya berwarna putih, bersih dan terawat.
Tembok besar sebenarnya tak efektif untuk menghalau serangan dari luar. Terutama bangsa nomaden yang jadi ketakutan utama Kaisar Qin Shi Huang. Namun, cagar budaya itu adalah bentuk majunya peradaban Tiongkok. Sebagai simbol kekuatan abadi yang jadi ikon negara tersebut.
Menikmati senja di Beijing Olympic Park yang ada di depan Beijing Olympic Stadium. -Liem-
Dari pintu masuk hingga jauh ke dalam, melalui sudutnya yang tinggi, kami bisa melihat rombongan wisatawan yang berduyun-duyun menyusuri tembok raksasa tersebut. Tentu tak mungkin untuk berjalan dari sudut awal hingga sudut terakhir.
Sebab, benteng kuno itu memiliki panjang 20 ribu kilometer lebih. Bisa gempor jika dipaksakan. Mungkin perlu waktu berhari-hari berjalan kaki hingga sampai ke ujungnya. Arek Boen Bio, termasuk saya, hanya berjalan beberapa kilometer.
Dari ketinggian, nampak panorama perkotaan di Tiongkok. Ada pula desa-desa yang berada di areal perbukitan hijau. Angin musim gugur jelang musim salju, telah terasa hawa dinginnya. Saya terdorong untuk mempraktikkan gerakan-gerakan Taichi. Kawan-kawan yang merekam videonya.