Perjalanan Ziarah ke Tempat Suci Nabi Kong Zi di Tiongkok (1): Sumpah yang Dikabulkan Thian
Berfoto di depan bus di Bandara Beijing yang mengantar rombongan Arek Boen Bio ke hotel. -Liem-
KEINGINAN saya yang terpendam berpuluh tahun lamanya akhirnya tercapai. Menjejakkan kaki di Tiongkok. Berziarah ke makam Nabi Kong Zi. Bersama kawan-kawan seperjuangan. Kawan yang pernah aktif sebagai Pemuda Boen Bio. Kami menyebutnya: Arek Boen Bio.
Kelenteng Boen Bio, Jalan Kapasan, Surabaya. Di bawah pilar-pilar berukir naga itu kami tumbuh bersama. Berdoa, belajar, dan meneladani Nabi Kong Zi. Nabi besar kami yang kebijaksanaannya tercurahkan dari langit.
Segala kitab suci dan ajaran Sang Nabi begitu merasuk dalam diri ini. Mempelajarinya setahap demi setahap. Hingga saya diangkat menjadi rohaniwan Konghucu. Kawan-kawan seangkatan dengan saya ada pula yang menjadi rohaniwan.
Tapi saya masih ingat. Era awal dekade '90an, kami duduk di teras kelenteng. Para muda-mudi Konghucu. Saat itu kami saling bertukar pikiran. Beberapa kali bercanda. Lalu tiba-tiba terdiam saat salah seorang bertanya: "Adakah keinginan terpendam di hatimu?"
BACA JUGA: Mengenal Tradisi Bertani dan Minum Teh di Yunnan, Tiongkok
Saat itu saya yang paling antusias menjawab. Sebab, jauh sebelum pertanyaan itu muncul, saya punya keinginan terpendam. Bahkan saya rela bersumpah untuk itu. "Pergi ke Tiongkok. Ziarah ke makam Nabi," kata saya ketika itu.
Suasana dalam pesawat dari Bandara Juanda menuju Beijing. Singgah dahulu ke Bandara Changi Singapura. -Liem-
Entah kapan mimpi itu bisa tercapai. Tapi saya yakin bahwa suatu saat Thian (Tuhan, Red) akan mengabulkan doa saya. Saya mengucap sumpah bahwa negara di luar negeri yang pertama kali saya datangi adalah Tiongkok.
Saya tidak akan pergi ke negara mana pun meskipun ada kesempatan. Sumpah itu saya pegang teguh. Berkali-kali tawaran ke luar negeri datang. Tapi saya tolak jika tidak ke Tiongkok. Mending saya jalan-jalan di tanah air. Makanya, berbagai daerah di Nusantara sudah saya kelilingi.
BACA JUGA: Ziarah ke Makam Gus Dur, Prabowo Subianto Minta Masukan dari Ulama se-Jawa Timur
Hingga dalam usia yang tak lagi muda, Arek Boen Bio punya rencana pergi ke Tiongkok. Berziarah ke makam Nabi. Saya setuju untuk ikut. Diiyakan saja. Padahal waktu itu saya belum ada persiapan. Uang belum siap. Belum lagi bekal-bekal yang lain.
Ah, saya hanya percaya dengan kekuasaan Thian. Kalau Ia menghendaki, segalanya akan terjadi. Saya pasti bisa berangkat dan harus berangkat. Apa pun keadaannya. Sampai-sampai anak saya Surya Dewangga berkali-kali tanya: "Pi, sudah ada uang ta buat pergi Tiongkok?"
Saya jawab: sudah. Padahal belum. "Beneran ta?," tanya Surya lagi. "Hei, niat Papi ke sana itu pengen ziarah. Pokoke tak anggep kemping. Duduk blonjo. Dadi gae opo duit akeh-akeh, jawab saya. (Pokoknya saya anggap kemping. Bukan belanja. Untuk apa uang dalam jumlah banyak, Red)
Begitu pula dengan anak-anak saya yang lain. Saya jawab bahwa saya sudah punya cukup uang. Tapi tentu saja jawaban itu hanya untuk membuat mereka tak khawatir. Yang tahu hanya istri saya seorang. Tapi dia sama seperti saya. Yakin bahwa saya akan berangkat. Thian yang memberi berkat dan segala kecukupan.
Arek Boen Bio menetapkan jadwal keberangkatan: 18 Oktober 2023. Ndilalah beberapa minggu sebelum berangkat, saya mendapat rezeki. Tuhan yang Mahaesa dan segala kuasa-Nya membuka jalan pada saya. Apa yang menjadi keinginan terpendam itu akan terwujud.
Berada di Bandara Changi Singapura. Banyak tenant brand ternama di bandara itu. -Liem-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: