Perjalanan Ziarah ke Tempat Suci Nabi Kong Zi di Tiongkok (1): Sumpah yang Dikabulkan Thian
Berfoto di depan bus di Bandara Beijing yang mengantar rombongan Arek Boen Bio ke hotel. -Liem-
Kami berangkat bersembilan belas orang. Sebanyak 18 orang adalah Arek Boen Bio. Seorang di antaranya, ada Xue Shi Endang Titis Bodro Triwarsi. Rohaniwan Konghucu dari Kota Blitar yang kami ajak. Beliau guru kami.
Xue Shi Titis pernah sekali ke Tiongkok. Tapi ketika itu beliau belum berkesempatan ziarah ke makam Nabi. Saat di sana nanti, beliaulah yang akan memimpin ibadah.
Hari H tiba. Saya berangkat ke Tiongkok. Anak dan istri memberi doa untuk keselamatan dan kesehatan saya selama di sana. Anak-anak saya yang telah mapan, menitipkan uang saku. Mungkin enggak tega sama papanya. Hehehe.
Tapi seperti yang saya bilang, niat saya di Tiongkok hanya ziarah. Hanya itu. Saya bukan berniat belanja atau mengejar keinginan lain.
Di Bandara Beijing, Arek Boen Bio berfoto di depan interior guci klasik berukuran besar. -Liem-
Anak bungsu saya, Haruka Shirakawa yang ngalem (manja, Red) dan lugu itu tak hanya mendoakan. Dia juga berpesan: "Jangan lama-lama di sana, Pite (panggilan sayang Haruka pada ayahnya, Red). Nek wes waktue pulang ya pulang".
Untuk menenangkannya, saya membawa kalung hadiah ulang tahun saya yang ketika itu diberi oleh Haruka. Rencananya saat tiba di Tiongkok, di tempat lahir dan makam Nabi, kalung itu akan saya blessing atau disucikan. Kami, Arek Boen Bio juga mencetak kaos dan spanduk sebagai busana seragam.
BACA JUGA: Unik, Begini 8 Tradisi Tiongkok menyambut Musim Dingin
Berangkat dari Bandara Juanda, pesawat kami transit di Bandara Internasional Changi Singapura, Singapura. Kami sempat berjalan-jalan sebentar. Menikmati megahnya Changi. Banyak berjajar tenant-tenant dari merek terkenal di seluruh dunia.
Hingga pesawat kami kembali terbang. Menuju Beijing, kota pertama yang kami datangi. Ah, akhirnya saya menginjakkan kaki di Tiongkok. Benar-benar menjejak di negara itu.
Dengan jenak saya duduk terdiam di kursi bandara. Menatap segala arah. Benda-benda interior klasik terpajang di ruang bandara. Tiongkok memang betul-betul memperhatikan kearifan lokalnya.
Tapi yang paling membuat saya tak menyangka: Impian puluhan tahun terwujud nyata. (*)
Oleh: Wen Shi Liem Tiong Yang, rohaniwan Konghucu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: