BACA JUGA: Pembunuhan di Kalideres, Dituturi Malah Mateni
Subagyo: ”Suprio pulang ke sini 2016. Sudah bawa istri, Fitriana. Mereka menikah di sana (Konawe), menikah siri. Sebab, saat mereka nikah (2015), usia Fitriana masih 14, usia Suprio 22. Mereka pulang ke rumah itu, sudah punya bayi baru lahir, laki-laki.”
Saat pulang ke Blitar, Suprio dan istri merawat ibunda Suprio yang sudah tua, kemudian sakit. Sampai ibunda meninggal.
Subagyo: ”Suprio dan istri rukun. Kelihatan, mereka saling cinta. Mereka berdua merawat ibu mertua saya (ibunda Suprio) dengan rajin dan ikhlas. Sampai lahir lagi anak kedua, laki-laki lagi. Sekarang usia 4 tahun.”
Sebelum meninggal, ibunda mewariskan rumah itu kepada Suprio yang merawat ibunda. Tujuh saudara Suprio ikhlas atas putusan rumah warisan tersebut. Termasuk Indarsah (anak sulung, istri Subagyo).
BACA JUGA: Pembunuhan di Hotel Hasma Jaya Bukan Perfect Crime
BACA JUGA: Chat WA Cerai Picu Pembunuhan Dini
Subagyo bekerja sebagai tukang bangunan. Sudah lama punya rumah yang bersebelahan dengan rumah warisan tersebut.
Pekerjaan Suprio ganti-ganti. Pernah jadi petani. Lalu, merasa gagal. Ganti, membikin tempe, berdua bersama Fitriana. Gagal juga. Kemudian, Suprio beternak ayam. Gagal lagi, ayamnya mati.
Pada 2021 Suprio mengontrak warung di desa tetangga, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Blitar. Suprio bersama Fitri membuka warung kopi di sana. Tapi, malamnya mereka tetap pulang ke rumah. ”Waktu itu Covid sudah setahun lebih,” cerita Subagyo.
Di situlah awal tragedi. Awal dari munculnya api amarah.
Fitri didekati pria pengunjung warung. Pria itu tahu, Fitri sudah bersuami. Wong Suprio dan Fitri menunggu warung berdua. Namun, pria itu (identitasnya tak disebut Subagyo) tetap mendekati Fitri secara sembunyi-sembunyi. Pria itu, kata Subagyo, asal Desa Bedali, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Berjarak sekitar 42 kilometer dari Blitar.
Mulanya Fitri menolak. Terus menolak. Tapi, tak bisa menghindar. Sebab, dia jaga warung. Si pria terus merayu Fitri. Akhirnya….
Subagyo: ”Suatu hari saya diajak Suprio bersama istri menuju satu tempat. Dalam perjalanan, Suprio bilang, istrinya selingkuh. Sudah ketahuan. Suprio mengaku ikhlas. Sekarang kita temui selingkuhan Fitri untuk sekalian menyerahkan Fitri kepada pria itu.”
Pastinya, Subagyo kaget. Juga sedih. Di tengah jalan (menuju suatu tempat), Subagyo berusaha mencegah rencana Suprio itu. Ia sarankan mereka damai. Kembali rukun. Usaha Subagyo gagal. Suprio terlalu marah.
Subagyo: ”Akhirnya, saya menyaksikan penyerahan Fitri kepada pria selingkuhan itu. Mereka berdua (Fitri dan pria) memang mau. Saya diminta Suprio jadi saksi. Waktu itu 2021, masih pandemi. Ya sudah… Sejak itu Fitri tidak pulang lagi. Ikut pria itu.”