Julukan Prabowo Gemoy Disindir PKS, TKN: Itu Fenomena Organik dari Anak Muda

Senin 27-11-2023,16:07 WIB
Reporter : Isma Mufidatus Soimah
Editor : Salman Muhiddin

HARIAN DISWAY - Baru-baru ini, citra 'gemoy' melekat pada calon presiden (capres) nomor 2 Prabowo Subianto.  Julukan itu muncul menjelang kampanye pilpres 2024. Pro dan kontranya pun ramai diperbincangkan.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengkritik diksi 'gemoy' yang diusung oleh Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju (KIM) bersama Tim Kampanye Nasional (TKN).

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Sohibul Iman, menyatakan bahwa istilah 'gemoy' dan 'santuy', yang identik dengan paslon Prabowo-Gibran, dianggap tidak sehat.

Sohibul bahkan menyampaikan kritiknya terhadap pihak yang menurutnya lebih memprioritaskan gimmick daripada gagasan.

"Sekarang ada istilah gemoy, santuy, seakan-akan yang bisa memimpin negeri ini adalah mereka yang gemoy. Gemoy atau santuy ini tentu sesuatu yang tidak sehat," ungkap Sohibul.

Dalam menyikapi kritik dari PKS, TKN Prabowo-Gibran mengklaim bahwa istilah 'gemoy' bukanlah buah dari kreasi mereka, melainkan julukan yang tumbuh secara alami dari anak-anak muda yang tertarik pada Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.

BACA JUGA:Entaskan Kemiskinan, KIP-Prabowo Sidoarjo Bergerak untuk Menang

BACA JUGA:PAN Balas Sindiran PKS Soal Prabowo Gemoy: Bagian dari Ekspresi Demokrasi yang Sehat

Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, mengungkapkan, "Bukan kami yang bikin ide 'gemoy', bukan. Ini tumbuh secara organik dari bawah dan ketertarikan anak muda itu," ucap Rosan.

Ia menyebut bahwa julukan 'gemoy' yang berasal dari kata 'gemas', muncul dari ketertarikan anak muda terhadap Prabowo, bahkan sebelum atmosfer pemilu memanas.

Menurut Rosan, julukan itu mencerminkan ketertarikan generasi muda terhadap Prabowo dan potensi untuk lebih memahami program-programnya di masa depan.

Rosan memilih untuk tidak memberikan tanggapan lebih lanjut. Ia menegaskan bahwa semua orang memiliki hak untuk menyampaikan pandangan mereka, dan TKN Prabowo-Gibran tidak akan terlibat dalam hoaks, kampanye hitam, atau menyerang paslon lain.

"Ya, kalau kita kan orang ada pandangan lain, monggo saja silakan. Negara demokrasi kan, silakan saja," ungkap Rosan. (*)

Kategori :