"Secang ini berguna untuk mengatasi masalah pencernaan. Seperti diare dan masalah lambung lainnya," ujar Lusia. Sedangkan beberapa pengunjung, ada yang mencampur semua bahan, ada yang hanya mencampurnya satu-dua saja.
"Rasanya seperti air dengan perasan lemon begitu saja," gumam salah seorang mahasiswa pertukaran pelajar. "Oh, berarti jumlah bahan-bahannya kurang. Bikin lagi, dan tambahkan bahan-bahan lain. Jangan khawatir, semua aman, dan ini adalah herbal Indonesia," sahut Yuni.
Workshop Alit Indonesia, membuat teh tisan itu mudah. Seorang pengunjung sedang mencoba meracik bahan-bahan untuk teh tisan, dalam workshop yang digelar Alit Indonesia di samping Museum Antropologi Unair.-Muchamad Ma'ruf Zaky-
Dia pun, dipandu Yuni, membuat ulang dan mencampur bahan-bahannya lebih banyak. Seorang pengunjung, Anisa Wulandari Sisko, melakukan yang sama. Dia mengambil beberapa lemon, secang, lavender, dan jahe.
BACA JUGA:Alit Indonesia Bali Dampingi Petani Blahbatuh Membuat Sistem Permakultur
"Ada lavendernya juga. Ini berkhasiat untuk melembabkan, dan merawat kulit," kata alumni Antropologi Unair itu. Dia menikmati beberapa varian bahan. Sebelumnya, Anisa mencampur bahan-bahan yang berbeda. "Tapi rasa campuran lemon, secang, lavender, dan jahe ini rasanya lebih enak," tambahnya.
Bahan-bahan herbal itu menunjukkan kekayaan Nusantara, sebagai cara untuk menyehatkan tubuh. Workshop tersebut merupakan bagian dari gelaran Tengger Ethnomedicine Festival, yang digelar Alit Indonesia.
"Kami mengambil tema eksplorasi kekayaan tanaman berkhasiat kesehatan di wilayah Tengger. Karena tanaman-tanaman tersebut adalah bagian dari tradisi Suku Tengger," ujar Yuliati Umrah, founder Alit.
Pun, tanaman-tanaman itu banyak ditemui di kawasan lereng Bromo, yang dihuni masyarakat Tengger.
Tengger Ethnomedicine Festival dimulai sejak 12 Desember. Acara itu akan ditutup pada 14 Desember, yang akan menyajikan workshop makanan khas Suku Tengger. (*)