JAKARTA, HARIAN DISWAY - Sebagai perusahaan migas yang dinobatkan dengan skor ESG tertinggi di dunia, Pertamina senantiasa memperkuat program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Pada bulan Desember 2023 ini, Pertamina memasuki usianya yang ke-66. Ulang tahun ini diganjar kado manis berupa peringkat ESG (Environmental, Social, dan Governance) dari tingkat resiko 22,1 (medium risk) turun menjadi 20,7 (medium risk).
Skor ESG rating tersebut menempatkan Pertamina di atas 61 perusahaan migas dunia berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics.
Sebagai bagian dari unsur social dari ESD, Pertamina memperkuat komitmen TJSL dengan melakukan investasi sosial yang berdampak pada 344 ribu penerima manfaat sepanjang 2023.
BACA JUGA:Memasuki Usia ke 66 Pertamina: Performa Prima di Tengah Kondisi Geopolitik Yang Sulit
Beberapa program TJSL juga berdampak pada dekarbonisasi dan telah menghasilkan reduksi emisi karbon hingga 715 ribu ton CO2e per tahun.
Salah satu program tersebut adalah Desa Energi Berdikari yang hingga Desember 2023 sudah berjalan di 77 lokasi di seluruh Indonesia.
Untuk mendorong perekonomian nasional, Nicke menambahkan, pihaknya menjalankan aturan yang berlaku. Hingga akhir Oktober 2023, Pertamina telah berkontribusi hingga Rp 255,51 triliun, terdiri dari pajak, dividen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta signature bonus, sebagai langkah kepatuhan Pertamina dalam pembayaran pajak dan aspek keuangan lainnya.
BACA JUGA:Pertamina Jadi Perusahaan Migas dengan Peringkat ESG Nomor Satu di Dunia
Pertamina juga menerapkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dimana secara konsolidasi TKDN Pertamina Group tahun 2023 mencapai 72,5 persen.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan, bagi Pertamina, sustainability adalah strategi untuk membesarkan perusahaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi di Indonesia.
“Program Pertamina yang berkelanjutan ini akan mengembangkan perekonomian yang menjangkau semua masyarakat, memiliki multiplier effect dan menjadi katalis bagi pengembangan ekonomi" ujar Nicke.(*)