Berdasarkan data World Population Review tahun 2022, rata-rata IQ orang Indonesia sekitar 78,49. Nilai tersebut membuat Indonesia berada pada posisi 130 dari 199 negara yang diuji. Bahkan terkategorikan keterbelakangan mental (70-79).
Sukaryo menuturkan, skor IQ rata-rata manusia antara 90-109. Nilai IQ di atas angka tersebut dianggap memiliki skala kecerdasan tinggi. “Sedangkan skor di bawah 70 berarti ada kendala perkembangan atau ketidakmampuan belajar," ujarnya.
Rata-rata IQ penduduk Indonesia 78,45, artinya angka tersebut jauh di bawah IQ normal. Ini menunjukkan IQ orang Indonesia tergolong rendah di level dunia. Padahal IQ merupakan taraf kecerdasan yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran hingga menyelesaikan masalah.
Untuk itu, imbuhnya, salah satu upaya pemerintah mempersiapkan SDM yang unggul dan berdaya saing adalah menurunkan kasus tengkes. Upaya intervensi yang dilakukan baik spesifik dan sensitif, perbaikan kualitas gizi, dan faktor-faktor lingkungan lainnya sangat berpengaruh.
Menurutnya, gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan dapat membuat balita-balita di Indonesia terancam mengalami gagal tumbuh, gagal berkembang, dan gagal sehat. Saat ini, prevalensi stunting berdasarkan SSGI ada di angka 21,6 persen.
“Inilah pentingnya literasi gizi bagi keluarga pada seri u hari pertama kehidupan. Karena pada usia itu pertumbuhan sel otak secara teori terbentuk sebesar 80 persen,” tandasnya.
Apabila gagal memenuhi kebutuhan balita sejak masa konsepsi (pembuahan) hingga dua tahun tersebut, maka potensi gagal tumbuh, gagal berkembang, dan gagal sehat bisa terjadi.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito mengatakan, Indonesia sebagai negara maritim punya sumber daya alam yang melimpah berbasis ikan untuk mengatasi stunting pada anak-anak.
Ikan mengandung nutrisi penting mulai dari vitamin A, vitamin B12, zat besi, kalium, hingga asam lemak B12. Ini bermanfaat bagi pertumbuhan anak dan meningkatkan gizi ibu hamil.
"Ini memberikan satu dampak rantai ke belakang bagaimana kita bisa mengatasi bisa mengatasi program stunting secara nasional," kata Mego dalam seminar gizi-sensitif dalam pengelolaan dan pembangunan sektor perikanan Nusa Tenggara Timur, kemarin.
Menurutnya, ikan dan makanan akuatik lainnya adalah sumber yang kaya akan vitamin, unsur jejak, dan asam lemak esensial yang dapat mengurangi risiko kelaparan tersembunyi (kekurangan mikronutrien) yang berdampak pada kesehatan, kesejahteraan, dan kinerja ekonomi individu maupun seluruh masyarakat, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. (*)