HARIAN DISWAY - Ada ketakutan Mark Ruffalo tentang karakternya dalam film Poor Things. Aktor tersebut tidak yakin dia bisa melakukan komedi fisik yang diperlukan untuk menjadi Duncan Wedderburn.
Berperan sebagai Duncan Wedderburn, sosok berkumis yang pelit, Ruffalo adalah salah satu elemen Poor Things yang paling menghibur. Perannya itu merupakan tampilan segar bagi Rufallo setelah menghabiskan sebagian besar dekade terakhir kariernya di Marvel Cinematic Universe.
Namun, dalam wawancara dengan EW, Ruffalo mengakui bahwa ia sedikit terintimidasi ketika pertama kali membaca naskah Tom McNamara untuk film Poor Things yang disutradarai oleh Yorgos Lanthimos itu. Sebuah film diadaptasi dari novel pada 1992 karya Alasdair Gray.
“Menurutku naskahnya luar biasa. Tapi membuatku takut. Saya seperti begni 'apakah Anda yakin ini adalah bagian yang ingin saya baca?',” ujarnya pada EW yang diwawancarai bersama dengan lawan mainnya di film tersebut, Willem Dafoe. “Saya membacanya dan saya berpikir, 'saya tidak tahu apakah saya bisa melakukan ini'. Untungnya, saya dibantu Willem,” katanya.
BACA JUGA: Kim Kardashian Berusaha Jadi Ibu Demokratis
Ruffalo dan Dafoe hanya berbagi satu adegan bersama di Poor Things. Tepatnya ketika Duncan pergi ke rumah Dr Godwin Baxter (diperankan Willem Dafoe) untuk membantu menangani masalah hukum. Masalah sepele, hanya karena Duncan jatuh cinta pada Bella Baxter (diperankan Emma Stone).
Dalam proses pembuatan Poor Things, Ruffalo dan Dafoe kerap hang out bersama di lokasi syuting. Dorongan terus-menerus dari Dafoe membantu menenangkan saraf Ruffalo untuk mengambil aspek-aspek peran yang lebih slapstick dari karakternya.
“Saya belum banyak melakukan komedi. Tetapi kami melakukan latihan ini dan kami harus benar-benar bermain dan melakukan kesalahan; aku menemukan banyak hal di sana. Dafoe selalu menghasutku sepanjang waktu,” ujarnya. Dafoe menyahut: “Kau membuatku tertawa sepanjang waktu!.”
“Saya benar-benar bodoh karenanya. Saya hanya ingin membuatnya tertawa. Jadi aku semakin memaksakannya. Ia akan berkata 'oke, kamu benar-benar akan melakukan itu?' dan aku melakukannya!,” sambung Ruffalo.
Orang lain yang membantu Ruffalo menemukan karakternya sebagai Duncan adalah desainer kostum Holly Waddington. Ia bekerja dengan aktor tersebut untuk menanamkan energi lucu karakter tersebut ke dalam pakaiannya. “Kami memiliki banyak kecocokan dan mengerjakan banyak ide bersama-sama,” kata Waddington kepada EW.
Awalnya, yang dia pikirkan adalah ilustrasi satir tentang orang-orang berkuasa di Inggris pada abad ke-19 dan itu telah dia sematkan di papan referensi.
BACA JUGA: Jeff Bernat Konser Tunggal Perdana di Jakarta, Tiketnya Bisa Dibeli Sejak 21 Desember
"Sering kali orang-orang ini punya idenya sendiri. dada 'dipompa' dengan cara yang paling konyol dengan tulang punggung yang melengkung berlebihan, bahu sempit, tangan di pinggul, dan paha serta pantat yang montok. Yang paling menarik bagi saya adalah bahwa postur tersebut menciptakan rasa sombong dan mementingkan diri sendiri,” bebernya
Waddington menyebut bahwa orang-orang berkuasa di Inggris pada abad itu cenderung bermain-main dengan bantalan tubuh. Itu dilakukan untuk membantu menciptakan kembali postur ideal pada masa itu. “Mark sangat ceria dan sangat murah hati untuk mengeksplorasi dan bermain dengan ide-ide ini,” katanya.
Namun, Waddington menyederhanakan bantalannya menjadi korset dan celana panjang. Bentuk itu menurutnya dapat dilihat oleh penonton yang jeli dalam sebuah adegan intim. "Ya, hanya mereka yang benar-benar cermat," pungkasnya tentang film yang kini telah diputar dalam rilis terbatas. (Guruh Dimas Nugraha)