Pertumbuhan ekonomi hijau bersifat inklusif secara sosial. Karena itu, praktik ekonomi hijau memperhatikan pelestarian alam dan terukur dalam penggunaan sumber daya alam.
Agen Perubahan Lintas Generasi
Dengan bekal literasi memadai, generasi muda dan masyarakat lintas generasi diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang dinamis. Karena itu, inklusivitas ekonomi hijau dapat dimaknai sebagai gerakan terbuka bagi masyarakat secara bersama-sama agar dapat terlibat lebih aktif dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan pembangunan.
Selain itu, masyarakat lintas generasi pun mampu terlibat dalam upaya penurunan tingkat kemiskinan lebih intensif. Semua lapisan masyarakat didorong untuk secara dinamis terlibat dalam berbagai kegiatan sesuai kerangka pengembangan dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Sebagai agen perubahan, masyarakat lintas generasi tak hanya terlibat bagi pelestarian lingkungan, tetapi juga mendukung keberhasilan dalam upaya mengatasi masalah perubahan iklim. Masyarakat diharapkan mempromosikan ekonomi hijau sebagai lifestyle. Ekonomi hijau merupakan kultur baru dalam kehidupan sosial.
Sebagai budaya, gagasan ekonomi hijau dan pertumbuhan ekonomi hijau merupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai kebiasaan (habit) masyarakat. Pendekatan ekonomi hijau terintegrasi dengan faktor sosial dan lingkungan dalam proses ekonomi secara komprehensif.
Pengembangan literasi ekonomi hijau pun tak dapat mengabaikan peran penting keluarga sebagai lembaga edukasi primer. Peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan anak-anak dan generasi muda tentang makna penting pelestarian alam dan lingkungan.
Pemerintah harus memosisikan keluarga sebagai lembaga yang mengajarkan anak-anak tentang kegiatan sederhana, tetapi penting bagi lingkungan. Generasi muda belajar tentang daur ulang sampah, cara membuat kompos, atau mengajarkan pengalaman lain yang lebih ramah terhadap lingkungannya.
Generasi masa depan terus dididik dan didorong memiliki passion terhadap pelestarian lingkungan oleh orang tuanya. Dengan pengalaman yang impresif, anak-anak memiliki memori positif hingga mencapai usia dewasa akan terbiasa dengan kegiatan ramah lingkungan.
Pemerintah tentu tak dapat bekerja sendiri. Dengan konfigurasi pentahelix, pemerintah dapat melibatkan seraya mendorong peran aktif sektor swasta, perguruan tinggi, masyarakat, dan pihak lain guna secara aktif mendukung peningkatan literasi ekonomi hijau.
Dalam upaya mendorong peran serta aktif berbagai kalangan dan bertujuan mengakselerasi pembangunan ekonomi hijau, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral nasional juga tak ketinggalan kereta. BI sangat aktif memberikan kontribusi positif dalam mempromosikan ekonomi hijau.
Peran Bank Sentral
Peran bank sentral secara konseptual dibahas Dikau, Volz, Ulrich, (2018) melalui papernya yang berjudul Central Banking, Climate Change, and Green Finance. Mereka menyatakan bahwa bank sentral, melalui fungsi pengawasan mereka terhadap peredaran uang, kredit, dan sistem keuangan, memiliki posisi krusial untuk mendukung pengembangan model keuangan hijau (green finance) dan menegakkan penetapan harga risiko lingkungan dan karbon yang memadai oleh lembaga keuangan.
Dalam konteks yang demikian, BI memiliki komitmen tinggi dalam membangun ekosistem instrumen keuangan yang berkelanjutan. Saat ini BI sedang bergerak menuju bank sentral hijau (green central banking). Artinya, dalam setiap kebijakannya, BI memperhitungkan risiko lingkungan, termasuk risiko dari perubahan iklim. Risiko berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas keuangan dan ekonomi makro baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang direspons BI melalui perumusan bauran kebijakan.