KTT Iklim Dunia dan COP28 Tahun 2023: Mengatasi Dampak Perubahan Iklim sebagai Tanggung Jawab Bersama

Kamis 28-12-2023,14:47 WIB
Oleh: Wisnu Wibowo & Jusuf Irianto

Dalam pertemuan para pemimpin negara-negara anggota ASEAN dengan ASEAN Youth di sela penyelenggaraan KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, pada 2022, ditekankan peran strategis kaum muda dalam pelaksanaan program pembangunan ekonomi hijau. Jumlah kaum muda di ASEAN sangat besar sehingga perlu digerakkan untuk terlibat lebih aktif dalam ekonomi hijau.

Secara total terdapat 33 persen dari populasi ASEAN atau sekitar 225 juta orang termasuk kategori generasi muda. Komposisi demografis yang didominasi kuat oleh kaum muda itu harus di-”kapitalisasi” sehingga kawasan Asia Tenggara mampu bertransformasi menjadi pusat pertumbuhan atau epicentrum of growth di dunia. 

Generasi muda ASEAN yang didominasi milenial dan generasi Z (gen Z)  harus memiliki peran sentral dan menjadi bagian strategis dalam dinamika pembangunan ekonomi hijau serta transformasi digital. Sebagai digital native, milenial dan gen Z merupakan motor penggerak bagi percepatan pembangunan ekonomi dan transformasi digital.

Melalui akselerasi atau percepatan pembangunan ekonomi hijau dan transformasi digital, diharapkan negara-negara anggota ASEAN, khususnya Indonesia, bakal lebih cepat meraih kemajuan dan melakukan lompatan besar untuk bertransformasi menjadi negara maju.

Melalui peran strategis kaum muda dalam memperkuat ekonomi hijau, ASEAN akan terus tumbuh dan menjadi kawasan yang sangat diperhitungkan oleh dunia. Pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital di kawasan ASEAN saat ini harus segera bangkit lebih kuat dan menjadi titik balik bagi pembangunan ekonomi hijau.

Orientasi pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN harus dipandu oleh kebijakan yang mengutamakan rendah karbon dan berkelanjutan. Kebijakan itu diyakini sebagai pelumas bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi di masa depan yang lebih mulus berjalan daripada yang pernah terjadi pada periode sebelumnya. 

Dalam konteks yang demikian itulah, kaum muda di kawasan ASEAN harus menjadi avant-garde atau garda terdepan dalam rangka perumusan dan pelaksanaan pembangunan ekonomi hijau. Pembangunan ekonomi hijau dilaksanakan secara konsisten dan disiplin untuk menciptakan masa depan kawasan yang lebih baik dan makmur secara berkelanjutan.

Kaum muda di kawasan ASEAN harus menyiapkan diri agar dapat meneruskan pemikiran para pemimpin terdahulu. Kaum muda adalah agen perubahan (agent of change) serta terlibat aktif (youth engaged) dalam menentukan masa depan kawasan ASEAN.

Pengetahuan masyarakat, khususnya generasi muda, tentang pembangunan ekonomi hijau secara utuh harus ditingkatkan melalui upaya membangun literasi yang lebih kokoh. Upaya intensif dalam membangun literasi ekonomi hijau bertujuan generasi muda memiliki skills, pengetahuan, dan kesadaran tentang upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan pula.

 

Literasi Ekonomi Hijau

Secara konseptual, ekonomi hijau merupakan pandangan prospektif tentang ekonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesetaraan sosial (social equity). Tujuan terpenting ekonomi hijau adalah mereduksi berbagai risiko akibat kerusakan lingkungan secara signifikan.

Upaya meredam risiko lingkungan menjadi pertimbangan dalam merumuskan makna definitif ekonomi hijau sebagai perekonomian rendah atau bahkan niremisi karbon, hemat dalam penggunaan sumber daya alam, serta berkeadilan sosial.

Sementara itu, pertumbuhan hijau (green growth) berkontribusi dalam memperkuat akuntabilitas penggunaan modal alam, mencegah dan mengurangi polusi, menciptakan peluang peningkatan kesejahteraan sosial secara keseluruhan, serta membuka peluang bagi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Membangun literasi ekonomi hijau tak lepas dari pertumbuhan hijau dan pembangunan berkelanjutan yang membedakannya dengan karakter ekonomi tradisional. Dibandingkan dengan gagasan tradisional, ekonomi hijau memosisikan alam sebagai modal dan aset bernilai ekonomi. Utilisasi alam dan lingkungan oleh dunia usaha dipertanggungjawabkan dengan menggunakan audit biaya guna memastikan semua aktivitas yang dilakukan tak membahayakan lingkungan.

Prinsip pembangunan tradisional sekadar berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan eksploitasi alam besar-besaran yang berdampak pada kerusakan alam. Sebaliknya, prinsip ekonomi hijau tak sekadar berorientasi sekadar pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan. 

Kategori :