Riset terhadap 7.548 remaja berusia 16–20 tahun di Swiss. Pemuda-pemudi yang membawa senjata dibandingkan dengan mereka yang tidak membawa senjata.
Pembawa senjata dibagi menjadi mereka yang pernah menggunakannya dalam pertarungan dan yang tidak.
Faktor individu, keluarga, sekolah, dan sosial dianalisis menggunakan analisis bivariat dan multivariat bertahap.
Bagi kedua jenis kelamin, perilaku nakal dan menjadi korban kekerasan fisik terkait langsung dengan membawa senjata. Mereka yang pernah jadi korban kekerasan fisik, baik oleh anggota keluarga maupun orang lain, cenderung membawa senjata.
Mayoritas laki-laki pengguna senjata bukan kelahiran Swiss. Mereka menempuh pendidikan di sekolah yang buruk. Mereka melakukan hubungan seks tidak aman dan biasa berkelahi sambil mabuk.
Kesimpulan: 1 di antara 5 remaja laki-laki membawa senjata dibandingkan dengan 1 di antara 16 remaja perempuan. Lalu, lebih dari 1 di antara 4 laki-laki dan 1 di antara 8 perempuan yang membawa senjata telah menggunakannya dalam perkelahian.
Riset itu menyimpulkan, angka-angka di data tersebut dianggap mengkhawatirkan. Pembawa senjata cenderung menggunakan di perkelahian. Bisa membahayakan diri mereka sendiri dan lawan.
Di era medsos sekarang, kondisi di suatu negara cepat tersebar internasional. Mungkin, itu penyebab perubahan masyarakat kita. Dari ramah dan santun berubah menjadi seperti sekarang. (*)