Hilirisasi Pangan Melalui Lembaga Sosial-Ekonomi

Jumat 26-01-2024,08:11 WIB
Oleh: Atik Purmiyati

Salah satu contohnya adalah produk olahan susu seperti yoghurt. In-depth interview yang dilakukan LPEP FEB Universitas Airlangga dengan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Syariah menemukan bahwa pengolahan produk menjadi yoghurt memberikan nilai tambah sebesar 63 persen. 

BACA JUGA: Prabowo Sebut Hilirisasi Adalah Kunci Kemakmuran Indonesia

BACA JUGA: Prabowo Ungkap Kesamaan Pandangan dengan Jokowi Soal Hilirisasi

Dalam kasus rantai pasok beras, petani akan mendapatkan nilai tambah 72 persen apabila melakukan pengolahan dari gabah menjadi beras (berdasarkan survei petani LPEP FEB Unair tahun 2023).

Kedua kasus tersebut menunjukkan bagaimana value chain dan pengolahan pascapanen mampu menambah value added yang pada akhirnya membantu meningkatkan taraf hidup petani.

Selain aspek kelembagaan, fasilitasi yang dibutuhkan petani melibatkan dukungan sarana dan prasarana produksi, peningkatan kapasitas SDM, dan akses terhadap pasar potensial (Bank Indonesia, 2023). 

BACA JUGA:Musim Kering Berlangsung Hingga 2026, Hilirisasi dan Produksi Pangan Harus Ditingkatkan

Pentingnya hilirisasi produk hasil pertanian bukan hanya tentang mengubah cara kita memandang pertanian, melainkan juga tentang mengubah masa depan petani dan perekonomian.

Sebagai langkah strategis, hilirisasi membawa kita ke arah pertanian yang lebih berkelanjutan dan mampu menjawab tuntutan pasar global yang makin kompleks. (*)

BACA JUGA: Potensi Hilirisasi Komoditas Kopi di Indonesia: Bumi Boga Laksmi Siap Berkontribusi


Atik Purmiyati, dosen ekonomi perencanaan pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga-Dok Pribadi-

 

Kategori :