Pemakzulan, Langkah 01 dan 03

Jumat 26-01-2024,08:19 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Pernyataan Jokowi itu mengejutkan karena sedang heboh pemakzulan, alasan Jokowi memihak. Maka, wartawan bertanya, apakah Jokowi memihak dalam Pilpres 2024? Dijawab Jokowi begini (bergurau):

”Nah… itu yang saya mau tanya, memihak ndak?” Jokowi tertawa.

Dilanjut: ”Presiden berkampanye boleh, sesuai undang-undang. Memihak juga boleh. Tapi, kan dilakukan atau tidak dilakukan, itu terserah individu (presiden dan wakil presiden) masing-masing.”

Begitu entengnya Jokowi menanggapi isu serius, keberpihakannya di Pilpres 2024, yang jadi dasar alasan wacana pemakzulan. Jokowi menanggapi dengan enteng. Sebab, berdasar UU, presiden dan wakil presiden boleh memihak, bahkan boleh kampanye untuk paslon yang sedang bersaing.

Sebaliknya, lawan politik Jokowi terus menggali ide untuk menyerang Jokowi, khususnya untuk menyerang paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sampai-sampai ide keliru pun diwacanakan.

Jokowi (tepatnya paslon Prabowo-Gibran) diserang lawan politik begitu rupa. Gencar. Masif. Menyeret keterlibatan masyarakat untuk ikut menyerang Jokowi. Ternyata elektabilitas Prabowo-Gibran tetap di atas dua paslon lain. Malah, elektabilitas mereka cenderung naik. Mengapa? 

Jawabnya, karena tingkat kepuasan rakyat terhadap kinerja Presiden Jokowi sekitar 81 persen. Sangat tinggi. Sangat kuat. Belum pernah presiden terpilih Indonesia berprestasi segitu.

Maka, Prabowo-Gibran berkali-kali mendengungkan, jika menang, mereka bakal melanjutkan semua program Presiden Jokowi. Padahal, Prabowo dulu lawan politik (habis-habisan) Jokowi. Capres Prabowo dulu didukung nyaris separuh rakyat Indonesia. Kini Prabowo memastikan bakal melanjutkan semua program Jokowi, yang nilainya 81 persen tingkat kepuasan rakyat itu.

Jadi, melawan (politik) Jokowi sama saja melawan 81 persen rakyat yang merasa puas atas kinerja Presiden Jokowi itu. Terlalu berat bagi lawan. Lawan melontarkan isu apa pun. Mulai isu politik dinasti sampai pemakzulan, elektabilitas Prabowo-Gibran tetap berkibar. Tak bisa dilawan.

Kecuali, seandainya pada hari-hari akhir jelang Pemilu 14 Februari 2024, Prabowo-Gibran, misalnya, melakukan kesalahan sangat fatal. Itu bakal lain cerita. (*)

 

Kategori :