Dalam seminar tersebut, Aminulloh menyoroti fenomena firehose of falsehood atau kebohongan yang rutin disuarakan sehingga dianggap menjadi kebenaran. Fenomena itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk kemudian menimbulkan konflik berupa polarisasi politik, agama, dan pendapat.
“Kesadaran dan perilaku kritis mahasiswa akan membantu terciptanya harmoni dalam menghadapi informasi yang dirasa meragukan,” jelasnya. Karena itu, dia berpesan kepada para mahasiswa agar selalu melakukan double check atas segala informasi yang mereka terima. Tidak hanya itu, mahasiswa pun diingatkan untuk tidak menyimpan informasi benar yang mereka temukan untuk dirinya sendiri.
“Sejatinya peran mahasiswa sebagai digital native yang mampu untuk menavigasi dirinya di dunia digital, membuat mahasiswa mampu menyebarkan informasi yang benar dan menciptakan diskursus yang beretika digital. Dengan menerapkan budaya yang berdasarkan Pancasila, mahasiswa diharapkan menjadi agen-agen yang mampu menciptakan perubahan yang signifikan dan melawan tantangan polarisasi akibat fenomena post truth dewasa i
ni,” pungkasnya. (*)