Pesan Ekologis untuk Capres-Cawapres Terpilih: Fenomena Banjir Jakarta dan Kegagapan Ekologis

Selasa 05-03-2024,14:22 WIB
Oleh: Suparto Wijoyo

USAINYA coblosan Pemilu 2024 dibarengi dengan bencana banjir besar di berbagai kota. Banjir di Demak, Jawa Tengah, memang seakan menjadi legenda. Di Jawa Timur dan Jawa Barat serta berbagai provinsi lainnya menyajikan realitas yang sama. 

Kota-kota seperti Gresik dan beberapa titik di Surabaya pun mengalami genangan. Cuaca ekstrem dan hujan deras yang terekam berdampak paling serius selama 154 tahun terakhir seolah memberikan alas alibi baru atas kerapuhan ekologis Nusantara. 

Hujan deras di kawasan kota raya sebagaimana di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, maupun Sulawesi telah mengakibatkan longsor sekaligus membuat luapan air sungai di ambang batas bahaya. 

BACA JUGA: Pesan Ekologis buat Capres-Cawapres: Stop Ecological Suicide

Khusus di Jakarta makin serius. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sebagaimana diberitakan beragam media menunjukkan, 34 ruas jalan dilaporkan tergenang. 

Hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada 29 Februari 2024 mengakibatkan genangan di wilayah DKI Jakarta. 

Berdasar data Pusdatin Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, genangan air meluas dari sebelumnya 26 titik menjadi 34 titik. Itu menyentak meski sebagai realitas tahunan.

BACA JUGA: Renungan Harlah Ke-101 NU: Meneguhkan Gerakan Ekologis NU

MASALAH KINERJA EKOLOGIS

Terdapat pula catatan, telah ada 103 titik banjir di Jabodetabek yang tentu saja berimpliksi pada kerugian lingkungan yang tidak terbayangkan sebelumnya. 

Banjir pun diprediksi selalu mengancam Jakarta di kala hujan ”menyapa” daerah penyangga sebagai konsekuensi bahwa ibu kota memang tidak berdiri sendirian. 

Apa yang terpotret dari banjir yang fenomenal di Jabodetabek merupakan penanda yang realistis betapa rendahnya kinerja ekologis pemegang otoritas di Jabodetabek. Hal itu semestinya menggugah publik Jabodetabek untuk berbenah. 

Banjir di ibu kota yang mentradisi di setiap musim hujan adalah fakta yang menghina martabat bangsa. Ekosistem ibu kota sejatinya amatlah nyaman. 

BACA JUGA: Perspektif Baru TNI dalam Menghadapi Ancaman Perang Ekologis

Kota itu memiliki 13 sungai yang ”didekap” dua sungai besar. Di timur  ada Citarum, di barat ada Cisadane.  Kali Ciliwung dan puluhan sungai lainnya hadir mengaliri ibu kota meski luapannya sering ”dikriminalisasi” sebagai penyebab banjir. 

Kategori :