Perspektif Baru TNI dalam Menghadapi Ancaman Perang Ekologis

Perspektif Baru TNI dalam Menghadapi Ancaman Perang Ekologis

Ilustrasi perang ekologis di Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KONDISI alam tidak lagi seimbang karena perbuatan manusia. Perusakan hutan dan penambangan eksploitatif di darat maupun laut merupakan dua hal dari sekian banyak kegiatan manusia yang menghancurkan lingkungan. 

Para pelakunya adalah ancaman bagi eksistensi kekayaan sumber daya alam sebuah negara.

BACA JUGA:Darurat Iklim Memanggil Pemimpin Berkecerdasan Ekologis (1): Menuju Green Leadership

BACA JUGA:Darurat Iklim Memanggil Pemimpin Berkecerdasan Ekologis (2): Kampanye Bertema Lingkungan

Dalam prosesnya, perusakan hutan di Indonesia, yang sejatinya berkenaan dengan industri pangan internasional, telah berdampak negatif bukan hanya pada ekosistem, melainkan juga pada nama Indonesia yang kini tertuduh sebagai penyebab polusi asap di wilayah Asia Tenggara. 

Indonesia menjadi sorotan kecaman masyarakat dunia. Hal yang sama terjadi pada proses penambangan minyak bumi lepas pantai yang mengontaminasi biota laut perairan Indonesia dan dunia. 

 

Kondisi Perang Ekologis di Indonesia

Khusus penambangan laut lepas pantai, Sylvia Earle, ahli kelautan ternama (di buku Explora, 2018), menyatakan bahwa masalah tumpahan minyak tidak hanya berdampak pada keadaan sekarang, tetapi menandakan krisis ekologi yang mendesak perhatian internasional. 

Laut, menurut Earle, adalah penyangga kehidupan di bumi kita. Setiap gangguan, khususnya dari tumpahan minyak, berdampak pada keseimbangan kehidupan yang rapuh ini. 

BACA JUGA:Keren, Atraksi Udara Penerbang TNI-AL Curi Perhatian Warga

BACA JUGA:Hari Jadi ke-78: Kapal TNI-AL Masih Kurang

Contohnya, fitoplankton, unsur krusial dalam rantai makanan laut, terganggu ketika sinar matahari dihambat lapisan minyak. Hal itu berujung pada dampak berantai bagi seluruh ekosistem laut.

Dampak tumpahan minyak tidak hanya terbatas pada makhluk hidup di bawah permukaan laut. Spesies avian dan mamalia juga menderita. Bulu burung laut yang terkontaminasi minyak kehilangan daya isolasi dan apung mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: