BACA JUGA:Vaksin Menginitis Kosong, Jamaah Umrah Berkurang
Itu bangunan lama yang diperbarui. Seingat saya, dulu terminal tersebut benar-benar terbuka. Sekarang ada ruang-ruang besar berpendingin udara untuk menjadi ruang tunggu jamaah sebelum check-in. Lumayan. Bisa menjadi tempat istirahat sejenak dan ngadem setelah perjalanan dengan bus dari Makkah.
Nah, layanan di sana masih sangat terbelakang. Ruang check-in dan dropping barang sangat luas. Staf maskapai yang melayani juga tidak semuanya laki-laki. Ada perempuan. Namun, tidak segercep ketika melayani jamaah di terminal kedatangan. Karena itu, banyak jamaah yang harus klesetan menunggu pelayanan check-in yang sangat lama.
Demikian juga saat menunggu di ruang tunggu sebelum boarding ke pesawat. Ruangannya terlalu kecil untuk menampung jamaah satu pesawat jenis A330. Yang dimodifikasi tanpa ada kelas premiumnya. Semua badan pesawat diisi kelas ekonomi.
Ada dua ruang tunggu sebelum boarding. Namun, dengan jumlah penumpang pesawat seperti itu, ruang tersebut terasa menjadi penuh sesak. Bahkan, beberapa jamaah lebih memilih duduk di lantai ketimbang di kursi yang sesak. ”Apalagi kalau beberapa maskapai delay bersamaan, rasanya terminal tambah penuh sesak,” kata Ika Satwika, pimpinan Delima Tour.
Dia bercerita, kalau ingin lebih nyaman proses di bandara memang dengan menggunakan penerbangan reguler. Artinya, penerbangan khusus carter untuk kepentingan umrah dan haji. Yang reguler sepenuhnya menggunakan terminal yang baru. Terminal yang sudah megah dan lebih menyenangkan.
Arab Saudi memang sudah berubah dalam satu dekade terakhir. Banyak hal baru di sana. Kalau ada yang kurang, tampaknya soal hospitality. Keramahan dalam pelayanan di banyak lini. Terutama terkait dengan destinasi wisata religi yang menjadi sumber uang negeri itu.
Atau, malah terpikir, tanpa itu pun puluhan juta umat muslim sudah berdatangan. Baik untuk berhaji maupun umrah setiap tahun. (*)