Mahasiswa yang tidak memiliki passion untuk belajar dengan giat dan kemudian gagal kuliah, mereka adalah orang-orang yang tidak berpikir mandiri untuk masa depannya. Menyikapi mahasiswa seperti itu, kami biasanya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu.
Upaya untuk memberikan dorongan semangat dan memacu agar mahasiswa giat belajar biasanya sudah dan selalu dilakukan para dosen, terutama dosen pembimbingnya. Masalahnya, tidak semua mahasiswa tersentuh hatinya dan mampu menjaga stamina untuk selalu giat belajar.
Meski sudah dicarikan jalan keluar dan berbagai upaya untuk menyelamatkan mahasiswa yang berada di ujung tanduk, ketika semuanya gagal, tidak ada pilihan lain. Para mahasiswa yang gagal seperti itu dengan terpaksa direlakan untuk DO.
SEJUMLAH FAKTOR
Dari beberapa kali evaluasi batas masa studi, ada beberapa hal yang perlu dicermati mahasiswa dan dosen wali maupun dosen pembimbing sehubungan soal batas waktu studi. Pertama, berkaitan dengan capaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa yang kurang.
Mahasiswa yang merasa salah memilih program studi dan tidak mampu mengikuti kuliah dengan baik akhirnya masuk rombongan mahasiswa yang harus undur diri. Sebagian mahasiswa yang malas belajar dan terpengaruh gaya hidup masyarakat urban akhirnya juga berisiko gagal menyelesaikan kegiatan belajarnya.
Kedua, karena terjadi disorientasi studi sehingga ada sebagian mahasiswa yang terpaksa untuk aktif di luar urusan studi (misalnya, sibuk bekerja sehingga menelantarkan studinya) ataupun enggan fokus menyelesaikan studi tepat waktu.
Bagi mahasiswa yang orang tuanya memilih masalah ekonomi, tidak jarang mereka kemudian harus menanggung beban ganda yang berat, yakni kuliah dan bekerja. Ketika harus bekerja dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk belajar, bisa dipahami jika prestasi akademik mahasiswa tipe itu menjadi kurang.
Ketiga, karena keterbatasan dukungan dana dari keluarga dalam penyelesaian studi. Dalam beberapa kasus, kadang memang ditemui ada mahasiswa yang kesulitan untuk membayar UKT dan membayar biaya hidup sehari-hari untuk indekos di Surabaya karena bisnis orang tuanya yang kolaps gara-gara imbas pandemi Covid-19.
Keempat, selama ini, dalam praktik selalu saja ada sebagian mahasiswa yang memiliki kebiasaan buruk, yakni mereka baru ribut menyusun skripsi setelah di ujung masa studi. Kebiasaan mahasiswa yang merasa bahwa skripsi bisa ditulis hanya dalam hitungan hari atau minggu tentu merupakan subkultur yang harus dikikis.
Berbagai masalah yang menjadi penyebab mahasiswa undur diri atau drop out seperti dipaparkan di atas perlu dielaborasi sehingga bisa ditekan seminimal mungkin guna mendukung keberhasilan generasi muda dalam menyelesaikan studinya.
Siapa pun anak muda yang sudah berhasil masuk di PTN terkenal, mereka sesungguhnya adalah anak muda yang berprestasi yang notabene merupakan calon intelektual dan kelompok profesional di tanah air. Tentu patut disayangkan jika anak-anak muda yang luar biasa itu harus undur diri dan drop out di tengah jalan. (*)
Mochammad Amin Alamsjah, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dan Bagong Suyanto, Dekan FISIP Universitas Airlangga.