HARIAN DISWAY - Keberatan Israel terhadap kembalinya pengungsi Gaza ke rumah mereka menjadi masalah utama yang menghambat gencatan senjata Israel-Hamas, ujar pihak mediator Qatar pada Rabu, 3 Maret 2024 lalu sebagaimana dikutip dari laman AFP.
“Kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, yang belum disetujui Israel, menjadi masalah utama yang kita hadapi,” ungkap Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.
Menurut Sheikh Mohammed, masalah lain yang belum selesai adalah jumlah pertukaran sandera yang akan dibebaskan oleh kedua belah pihak. Namun masalah ini “dapat dijembatani.”
Diketahui bahwa Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir telah mengupayakan keamanan gencatan senjata dan pertukaran sandera dari pihak Israel dan Hamas di balik layar selama berminggu-minggu.
Para mediator berharap bisa mencapai gencatan senjata sebelum dimulainya Ramadhan, namun kemajuan terhenti dan bulan suci umat Islam hampir berakhir.
Poin-poin penting yang menjadi kendala tetap sama dengan poin-poin yang menghalangi kesepakatan selama negosiasi di Paris pada bulan Februari lalu, kata Sheikh Mohammed pada wartawan.
"Kami berusaha sebaik mungkin untuk memastikan bahwa ada beberapa jalan tengah yang sedang dapat diciptakan," kata pejabat Qatar itu pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez yang sedang berkunjung.
Kegagalan perundingan ini mengakibatkan Israel dan Hamas saling menyalahkan satu sama lain.
BACA JUGA: Israel Meradang Ketika Tahu AS Diam Saat Resolusi Gencatan Senjata Disetujui DK PBB
Netanyahu pada hari Minggu lalu menuduh Hamas "memperkuat posisinya" dalam perundingan tersebut, sementara pada hari Rabu lalu, ketua Hamas Ismail Haniyeh mengatakan Israel "terus menunda-nunda" dalam perundingan tersebut.
Konflik Israel-Hamas dipicu ketika Hamas melancarkan serangan yang berakibat pada kematian 1.160 warga sipil, menurut angka resmi Israel.
Menanggapi serangan Hamas, Israel telah melancarkan serangan balasan yang telah menewaskan sedikitnya 32.975 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas. (*)