Khasanah Ramadan (27): Menuju Samudera Keluarga

Minggu 07-04-2024,16:12 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo
Editor : Heti Palestina Yunani

BACA JUGA: Enggak Melulu Gamis, Ini Inspirasi OOTD Baju Lebaran yang Stylish ala Iqbal Ramadhan

Rajutan tekad demikian ini membutuhkan perhatian serius dari seluruh kemampuan untuk menunjukkan keberadaan generasi yang dilahirkan. Khasanah Ramadan ini pun menjadi vibrasi melatih jiwa paseduluran untuk menoleh ke rumpun asalnya. 

Apa yang telah dilakukan dan diraih para pemudik dapat dijadikan cermin yang memantulkan kekuatan baru yang penuh dedikasi. Mereka merasa dirindu dan itu butuh waktu, tenaga dan upaya. Juga biaya. Akankah pemudik beranjak ke gelanggang tetangga? 

Tampaknya silaturahmi selalu dinanti sebagai keterpanggilan mandat sosial dan kemanusiaan bagi perjalanan berikutnya kaum pemudik. Inilah padatan-padatan yang menjadi adonan budaya guna menyelami “amanat kerinduan umat”.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (22): Malam Kemuliaan

Ungkapan saya ini semakna dengan bingkai mozaik jiwa-jiwa pepohonan keluarga yang harus berbuah. Diungkapkan oleh Syeikh Musliuddin Sa’di Shirazi dalam karya sastranya Bustan: Setiap orang yang tidak memiliki kenangan yang ditinggalkan/Pohon keberadaannya tidak akan menghasilkan buah/Dan setiap orang mendapatkan apa yang dulu ia semaikan.

Selamat mudik dan memetik buah arti penting punya keluarga. (*)

Oleh Suparto Wijoyo: Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim

Kategori :