Suami yang Kontrol Koersif

Senin 15-04-2024,13:33 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Bisa dibayangkan, ibu dan tiga anak itu kaget, panik, kelojotan, terpanggang sampai hangus di dalam mobil keluarga tersebut. 

Peristiwa itu menarik perhatian warga. Banyak orang berniat menolong para korban, memadamkan api. Namun, Baxter membawa pisau panjang, mengancam semua orang yang mendekati mobil berkobar itu.

Kejadian tersebut diakhiri Baxter dengan ia menusuk dadanya sendiri dengan pisau itu. Sekeluarga tersebut, termasuk Baxter, tewas di tempat kejadian.

BACA JUGA: Suami Bakar Istri Akibat PTSD 

The Conversation menyebutkan, belum banyak riset tentang pelaku KDRT. Tapi, mayoritas pelaku KDRT adalah laki-laki. Dan, laki-laki khas yang punya karakter tertentu. Paling banyak adalah laki-laki yang pengontrol anggota keluarganya. Pengontrol berlebihan.

Semua laki-laki memang kepala keluarga yang mengontrol keluarganya. Tapi, jenis ini punya karakter khas. Bukan pengontrol biasa.

Disebutkan, dalam salah satu riset psikologi, laki-laki (pelaku KDRT) itu suka kontrol koersif (coercive control).  

BACA JUGA: Suami Bacok Anak-Istri di Depok dalam Teori Konflik

Dikutip dari Psychology Today, 8 Juni 2022, berjudul 4 Common Patterns of Coercive Control in Relationships, diulas tentang pria penyandang kontrol koersif. Dan, laki-laki dengan kontrol koersif punya banyak dalih untuk mengatur dan mendominasi pasangannya. Tujuannya, laki-laki itu tetap pegang kendali atas pasangannya.

Disebutkan, kontrol koersif adalah bentuk strategis dari pelecehan psikologis dan emosional berkelanjutan pria terhadap pasangannya (bisa pacar atau istri) yang didasarkan pada kontrol, manipulasi, dan penindasan.

Kontrol koersif sering dikaitkan dengan pelecehan yang dipicu oleh narsisme. Laki-laki dengan kontrol koersif cenderung melakukan intimate partner violence (IPV). Dalam bahasa Indonesia disebut KDRT.

Diilustrasikan, kita mungkin langsung memikirkan pelecehan fisik atau emosional yang terang-terangan. Misalnya, pria memukul pasangannya atau menyakiti psikologis dengan kata-kata, yang intinya si pria tidak punya respek terhadap pasangan.

Itulah bentuk IPV yang sering luput dari perhatian masyarakat karena tidak selalu mencakup taktik seperti gaslighting atau penyiksaan terang-terangan atau kekerasan fisik. Tetapi, suatu pelecehan psikologis.

Pria jenis itu melakukan kontrol berlebihan, manipulasi, dan penindasan terhadap pasangan perempuan. Bentuk penindasan beragam. Intinya, mengatur ketat pasangannya. Melarang berbagai hal, yang pada pokoknya menunjukkan bahwa pria itulah pemegang kontrol dalam keluarga.

Pria jenis itu, secara tidak sadar, mengalami gangguan jiwa. Penyebabnya, rasa rendah diri. Bisa karena pendidikan rendah, kecerdasan rendah, atau penghasilan rendah sehingga kurang mencukupi kebutuhan keluarga. Karena kurang mencukupi kebutuhan finansial keluarga, ia takut ditinggalkan istri. Akibatnya, ia mengidap kontrol koersif.

Pria dengan kontrol koersif tidak selalu melakukan kekerasan fisik terhadap pasangan. Tapi, jika tahu akan ditinggalkan pasangan, ia bisa membunuh sebelum pasangan perempuannya kabur. Sebab, ia merasa menguasai sepenuhnya perempuan yang jadi pasangannya. Ia menganggap bahwa perempuan itu miliknya (karena status istrinya), bukan milik Allah.

Kategori :