Pemahaman Budaya untuk Penguatan Kesehatan Ibu dan Anak (2): Mitos Seputar Kehamilan

Selasa 16-04-2024,05:30 WIB
Oleh: Purnawan Basundoro

Beberapa makanan dan peralatan simbolis disiapkan untuk slametan itu, yang masing-masing memiliki makna yang intinya agar kelak anak yang dilahirkan menjadi manusia yang ganteng atau cantik, hebat, kuat, terhindar dari malapetaka, dan aspek simbolis lainnya.

Pengistimewaan perempuan hamil tidak hanya terbatas pada slametan untuk dirinya, tetapi juga pada asupan makanan. Mengingat bahwa perempuan hamil adalah sosok yang istimewa, asupan makanannya juga harus terpilih. 

Sayang, pada sebagian masyarakat perdesaan, pemilihan makanan untuk perempuan hamil mengacu pada mitos yang menghubungkan makanan tertentu dengan akibat yang ditimbulkan (negatif ataupun positif). 

Pertimbangan memberikan atau menghindarkan makanan tertentu untuk perempuan hamil tidak berdasar pada hasil riset ahli gizi, tetapi mengacu pada kepercayaan yang telah mengakar lama di masyarakat. 

Kepercayaan sebagai bagian dari budaya diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan tanpa alasan rasional. Mitos mengenai makanan dalam banyak hal justru merugikan perempuan hamil. 

Sebab, makanan yang semestinya memiliki kandungan gizi tinggi untuk perempuan hamil justru dihindari karena takut melanggar kepercayaan para leluhur sehingga akan berdampak tidak baik bagi dirinya dan bayinya. 

Setiap daerah biasanya memiliki pola makanan tertentu, termasuk pola makanan untuk ibu hamil, disertai pantangan, tabu, serta anjuran terhadap makanan tertentu. 

Di beberapa daerah di Indonesia, ibu hamil dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah, dan makanan yang digoreng dengan minyak. 

Di beberapa daerah terdapat kepercayaan bahwa makan telur bagi ibu hamil akan mempersulit kelahiran dan makan daging akan menyebabkan pendarahan yang banyak. 

Hal tersebut dikaitkan dengan saat telur keluar dari ayam yang memerlukan proses cukup lama serta dikaitkan dengan penyembelihan hewan penghasil daging yang ketika disembelih mengeluarkan banyak darah. 

Terdapat pula pantangan bagi ibu hamil untuk mengonsumsi makanan yang berasal dari laut karena akan menyebabkan air susu ibu (ASI) menjadi asin dan berbau amis.

Berbagai pantangan tersebut tentu saja cukup merugikan ibu hamil karena akan mengurangi asupan gizi. Padahal, saat hamil, sang ibu memerlukan banyak asupan gizi. 

Telur adalah salah satu makanan baik karena mengandung banyak protein sehingga ibu hamil seharusnya banyak makan telur. 

Di beberapa daerah juga ada larangan, yakni ibu hamil yang memasuki usia kehamilan 8–9 bulan diharuskan mengurangi makanan untuk kelancaran proses persalinan. 

Kepercayaan terhadap berbagai makanan pantangan akan mengakibatkan kurang gizi dan kurang energi kronis (KEK). Pengurangan asupan makanan juga bisa mengakibatkan bayi yang dilahirkan akan mengalami berat badan rendah, yaitu bayi yang dilahirkan kurang dari 2,5 kilogram. 

Bayi dengan berat badan rendah tentu saja bisa mengurangi daya tahan tubuh. Meski demikian, tidak berarti berbagai kepercayaan merugikan ibu hamil. 

Kategori :