MUNGKIN tak terhitung sudah berapa kali Anda mendengar kata mutiara yang jadi pegangan hidup Elektra Karo Karo ini: "perjuangan tidak akan pernah mengkhianati hasil."
Tapi, di waktu yang sama, Anda mungkin sering pula disuguhkan pemandangan orang-orang yang banting tulang dari pagi sampai malam namun tidak sukses-sukses sepanjang hidupnya.
Makanya, barangkali tak bisa disalahkan bila tak sedikit orang yang kemudian jatuh pada kesimpulan skeptis: buat apa kerja teras, toh akhirnya tetap gagal kalau Yang Mahakuasa menakdirkan gagal.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Pengusaha Transportasi Aguan: Ti Tian Xing Dao
Tentu, cara Tuhan menggagalkan seseorang bisa bermacam-macam. Misalnya, ada yang tiba-tiba sakit ketika memasuki final. Ada yang kakinya keseleo saat semenit lagi tiba di garis finish. Ada yang ditikung orang dalam. Pokoknya macam-macam.
Memang, bagi yang percaya adanya Tuhan, akan senantiasa beranggapan bahwa selalu ada campur tangan Tuhan dalam kegagalan atau kesuksesan seseorang.
Sebaliknya, bagi yang tidak percaya adanya kekuasaan Tuhan dalam penentuan keberhasilan, akan kukuh berpegang pada keyakinan "人定胜天" (rén dìng shèng Tiān): manusia pasti bisa mengalahkan Tuhan.
Islam sepertinya punya konsep tengah-tengah. Dalam Al-Qur'an, ada ayat yang kira-kira artinya begini: Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia sampai manusia sendiri yang mengubahnya.
Berarti, walau bagaimanapun hasilnya, manusia tetap harus berjuang. Sebab, yang berjuang saja belum tentu berhasil; apalagi yang tidak berjuang.
Itulah mengapa Huangbo Xiyun 黄檗希运, guru masyhur Zen Buddhisme era dinasti Tang, menyemangati kita dalam salah satu bait puisinya, "不经一番寒彻骨, 怎得梅花扑鼻香" (bù jīng yī fān hán chè gǔ, zěn dé méi huā pū bí xiāng): kalau tidak melalui musim dingin yang menusuk tulang, bagaimana mungkin bisa menghirup wangi bunga plum Jepang?
BACA JUGA:Cheng Yu PIlihan Surya Linda: Bing Cong Kou Ru, Huo Cong Kou Chu
Intinya, "Apa pun kesusahan yang kita alami dalam perjalanan kehidupan, pasti ada hasil manis yang akan diterima pada waktunya," ujar Elektra, yang menjabat kadiskes Lantamal VII, Kupang.
Persis yang dibilang cheng yu atau pepatah kuno Tiongkok, "苦尽甘来" (kǔ jìn gān lái): habis pahit, manis datang. (*)