HARIAN DISWAY - Sejak Januari hingga Maret 2024 harga batubara terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Kementerian ESDM, harga batubara USD 109,77 per ton. Harga itu turun dari bulan sebelumnya sebesar USD 124,95 per ton. Di tengah gempuran harga yang belum membaik ini, sejumlah perusahaan lagi mengejar target produksi di 2024.
PT Bukit Asam Tbk misalnya. Emiten dengan kode PTBA itu menargetkan tahun ini akan memproduksi 41,3 juta ton batubara. Mereka pun siap mengoptimalkan berbagai upaya untuk mencapai target tersebut.
"Volume produksi kami optimalkan melalui perencanaan tahapan penambangan yang cermat dan terukur. Perusahaan berusaha untuk agile dan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi-kondisi eksternal," kata Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk Niko Chandra, beberapa waktu lalu.
Selain harga yang terus jatuh, hal yang hingga kini diantisipasi oleh perusahaan adalah kondisi cuaca, teknis hingga geopolitik. Terutama konflik yang terjadi di Timur Tengah.
BACA JUGA: Krisis Timur Tengah, Harga BBM dan Gas Ditahan Sampai Juni, Setelah Itu...
Senada dengan itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk Dileep Srivastava menilai sejumlah faktor tadi menjadi kunci dalam kinerja operasional. ia memastikan, tahun ini perusahaan yang memiliki kode emiten BUMI ini berfokus menjaga kinerja produksi sesuai target yang telah ditetapkan.
"Produksi kami berjalan normal. Untuk 2024 volume produksi ditargetkan sekitar 80 juta ton hingga 82 juta ton," jelas Dileep.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk Febriati Nadira menjelaskan, tahun ini dengan kode ADRO ini menargetkan volume sebesar 65 juta ton hingga 67 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 61 juta ton - 62 juta ton meliputi batubara termal dan 4,9 juta ton - 5,4 juta ton batubara metalurgi.
"Harga batu bara bergerak mengikuti siklus dan akan selalu berfluktuasi. Kami akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol. Seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya," ujar Febriati.
BACA JUGA: Imbas Israel Serang Iran: Rupiah Makin Anjlok, Ongkos Impor Ugal-ugalan, Waktunya Investasi Emas
Adapun, penguatan pasokan batubara di dua negara tujuan ekspor Indonesia berpotensi mempengaruhi kinerja produksi batubara nasional.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, ada sejumlah faktor yang masih mempengaruhi produksi batubara nasional tahun ini. Antara lain tingkat pasokan negara tujuan ekspor hingga momen libur Lebaran.
"Tingkat produksi di April ini di masa libur Lebaran diperkirakan lebih rendah dari rata-rata produksi di bulan sebelumnya. Selain itu, permintaan juga sedikit melemah karena inventory di India dan Tiongkok juga relatif masih tinggi," kata ucapnya.
BACA JUGA: Sterina Gandeng Katalis, Buah Tropis Petani Indonesia Bisa Masuk Pasar Australia
Melihat realisasi produksi batubara saat ini, ia pesimis hingga akhir tahun nanti produksi batubara perusahaan mereka mendekati angka satu miliar ton.