JAKARTA, HARIAN DISWAY - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, optimis nilai tukar rupiah (kurs) akan menguat hingga mencapai Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2024.
Bahkan, ia memprediksi penguatan kurs rupiah bisa mencapai Rp 15.800 per dolar AS (USD) pada Juni mendatang.
"Penguatan nilai tukar rupiah akan terus berlangsung dari sekarang sampai dengan akhir tahun. Itu terpantau kalau kita lihat data-data di pasar non-delivery forward di luar negeri atau domestic non-delivery forward di dalam negeri dalam tempo satu bulan ke depan juga akan terus menguat mengarah ke Rp16.000," ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat, 3 Mei 2024.
Perry meyakini penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS ini didorong oleh empat faktor utama.
Pertama, keputusan BI menaikkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 6,25 persen. Selain itu, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility menjadi 5,5 persen dan lending facility menjadi 7 persen.
BACA JUGA:Terdampak Timur Tengah, Nilai Tukar Rupiah Mendekati Era Krismon
BACA JUGA:Imbas Israel Serang Iran: Rupiah Makin Anjlok, Ongkos Impor Ugal-ugalan, Waktunya Investasi Emas
Kedua, daya tarik investasi portofolio rupiah yang masih tinggi di mata investor. Hal ini tercermin dari inflow Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencapai Rp 1,58 triliun hingga Mei 2024. Ditambah lagi dengan inflow Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp 3,75 triliun.
"Ini daya tarik imbal hasil investasi portofolio di Indonesia kembali menarik dengan kenaikan itu kalau dibanding India, perbedaan yield lebih baik sehingga lebih attractive," tutur Perry.
Ketiga, prospek ekonomi Indonesia yang kuat dan stabil, termasuk pertumbuhan ekonomi yang mencapai lebih dari 5 persen, inflasi yang rendah, dan kredit yang terus bertumbuh.
Keempat, komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan terus berkoordinasi bersama KSSK dan pemerintah.